SHOLAT PAKAI MASKER

IMBAUAN MUI SHOLAT MEMAKAI MASKER
( Dari sisi fiqih dan logika )

Ditengah pandemi corona, MUI mengimbau kepada umat Islam ketika sholat berjamaah di masjid tetap mengenakan masker dan tetap menjaga jarak. Haruskah saat sholat kita bermasker? Imbauan MUI ini tentu hal sangat positif dalam konteks corona yang kini telah menjadi pandemi. Corona adalah penyakit yang mudah dan cepat penularannya antar manusia. Bermasker dan menjaga jarak serta mencuci tangan bersih dengan sabun, menjadi hal utama dalam ikhtiar kita mencegah tertular corona.

Dari sisi fiqih tidak ada dalil yang melarangnya. Yang terpenting berkaitan dengan masalah ini, tujuh anggota tubuh saat sujud menempel ditempat sholat. Hidung bermasker tidak menjadi masalah, karena kedua lutut yang anggota sujud pun selalu terhalang pakaian saat sujud. Begitu juga dengan jari jari kaki ketika sholat mengenakan sepatu. Seperti pula boleh dahi terhalang rambut saat sujud, seperti bisa kita baca dalam hadits shohih Bukhori 810, 815 dan 816.

Dari sisi logika pun ada baiknya bermasker, karena saat kita sedang sholat, kita tidak bisa berpindah posisi untuk menghindar, jika ada jamaah disebelah atau depan belakang kita terbatuk atau bersin. Berbeda saat kita diluar sholat dan dihadapan orang lain, kita masih bisa menghindar dengan berpindah posisi. Apalagi kebersamaan kita dalam sholat berjamaah, paling cepat butuh waktu setidaknya lima menit.

Apakah bermasker dan tetap jaga jarak berarti kita tidak yakin dengan kesucian masjid dan pertolongan Allah? Masjid itu suci bukan dalam artian hiegenis dari kuman virus penyakit, tapi suci dalam arti kemuliaan kebesaran Allah, seperti juga dengan kota suci dan kitab suci. Masjid bukanlah tempat dimana kita bisa terhindar dari musibah. Musibah itu takdir dari Allah, bisa terjadi dimana dan sedang apa pun, tergantung dengan ikhtiar kita juga. Masih ingat, peristiwa crane proyek pembangunan roboh di masjidil Harom Mekah menewaskan banyak jamaah haji.

Allah maha penolong dan memberi pertolongan kepada umat manusia. Tetapi Allah juga mewajibkan umat manusia untuk berikhtiar, tidak menyerahkan bagaimana tergantung takdir. Menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun adalah bagian dari ikhtiar. Jika segala ikhtiar sudah dilakukan tetapi tetap gagal, disitulah kita bertawaqal dengan takdir. Tetapi ketika kita gagal, padahal kita tidak mau melakukan proses ikhtiar, disitulah kesalahan kita.