CATATAN PERJALANAN 2012 :
MEMBELAH KEINDAHAN GARSELA (GARUT SELATAN)

Mentari cerah menghangatkan pagi pada 30 April 2012, jam menunjukan pukul 07.10 wib, artinya sudah berlalu 10 menit, sejak saya meninggalkan titik awal keberangkatan 0 km di Majalengka kota. Untuk memulai perjalanan dengan satu sepeda motor, berencana melewati jalan yang belum pernah dilalui pula belum saya tahu, wilayah Garsela atau Garut Selatan.

Pengisian penuh bensin pertama, di SPBU Kawung Girang 4 km dari titik awal berangkat. Perjalanan dilanjutkan pada track yang sudah familiar, menanjak berkelok dicelah perbukitan antara Maja dengan Talaga. Sarapan pagi mengambil waktu sejenak di Talaga. Jam tepat di angka 9, ketika kota kecamatan Talaga ditinggalkan, kompas perjalanan mengarah ke Wado kabupaten Sumedang via Bantarujeg.

Wado pun menyapa ketika saya tiba, tanpa berhenti motor dipacu menuju Malangbong. Pada track ini, keindahan jalan disisi dan kelokan perbukitan sangat menggoda mata. Gunung Cakrabuana menjulang dikiri perjalanan. Bertemu Malangbong, saya melalui jalan nasional Bandung Tasikmalaya, ke barat arah Bandung. Tak lama kemudian saya berpisah dengan jalan nasional, berbelok di jalan Bandrek arah ke Cibatu, rel kereta api berdampingan dengan jalan yang dilalui.

Cibatu pun terlewati hingga perjalanan dihentikan, istirahat sejenak saat jam diangka 10.30 didepan Situ Bagendit, dan kilometer ada di angka 110 dihitung dari Majalengka. Situ Bagendit danau kecil yang memberi nasehat kepada kita untuk hidup selalu memberi dan berbagi. Buah kelapa segar, menjadi pelepas dahaga yang dijual didepan destinasi wisata dengan kisah legenda tenggelamnya sebuah desa. Perjalanan pun berlanjut menuju Garut kota.

Jelang Garut kota, gunung Guntur menggoda untuk berfoto dengan bentuknya yang lebih mengerucut terjal. Garut kota, bisa dibilang sangat ramai untuk ukuran ibukota kabupaten. Selepas Garut kota, matahari sangat terik tepat lurus diatas kepala, adzan dzuhur bergema ketika mengisi penuh bensin untuk kali kedua. Perjalanan berlanjut menuju Cikajang dengan jalan menanjak. Keindahan memang sudah menjadi cerita tentang alam Garut, itulah mengapa aktor film besar dunia, Sir Charlie Chaplin, hingga berlibur dua kali ke Garut.

Jelang Cikajang, berbelok menuju Cikandang melewati jalan komplek militer. Dari sini, saya memulai jalur yang belum pernah dilalui, jalan pedesaan yang jika dua mobil berpapasan harus memperlambat kecepatan. Jam tepat diangka 1 siang, dan kilometer berhenti diangka 156, ketika saya beristirahat di warung kopi, penganan gorengan mengurangi rasa lapar, tepat di perkebunan teh Cikandang. Alamnya memanjakan mata, suhu udara sejuk dingin menerpa kulit. Papandayan didepan bak tersenyum menggoda dengan pesona untuk didaki.

Jalan di kecamatan Pamulihan dan Pakenjeng, cukup menantang. Berkelok, menurun dan menanjak, terkadang jurang dan bukit disisi jalan membelah hutan dan perkebunan. Perjalanan melewati ‘tanjakan pengantin’ yang viral itu. Membelah hutan dan kebun lebih banyak dilalui. Udara sejuk hingga dingin tak bisa dihindari. Cukup lama untuk bisa menemukan rumah penduduk dijalur ini. Doa saya yang utama, jangan ban bocor, pula jangan bertemu hewan liar, tentu semoga aman selamat sepanjang jalan.

Pada jalur ini, saya kembali beristirahat ketika bertemu warung kopi ditengah hutan berbukit, apalagi hujan mengguyur deras hanya sesaat sebelum saya bertemu warung kopi ini. Lokasi warung ini jelas terpencil, dikelilingi hutan dan kebun tentu jauh dari rumah penduduk. Jurang dalam tepat dibelakang warung. Mie instan rebus dan penganan kecil, serta minuman hangat, menjadi pengganti makan siang. Saya meninggalkan warung ketika hujan telah mereda, ketika adzan Ashar belum berkumandang.

Jalan yang dilalui setelah ini, banyak mengalami kerusakan. Ada kalanya harus turun dari sepeda motor. Ada saat insiden yang hingga kini selalu diingat, masih pada jalan ditengah hutan, diatas jembatan darurat berbahan kayu, selebar satu mobil. Jembatan licin pasca hujan, membuat motor oleng nyaris tergelincir, padahal dasar sungai yang cukup dalam dan berbatu batu. Hingga saya tak mau berandai andai membayangkan kemungkinan terburuk.

Pada jalur ini, saya beristirahat pada sebuah masjid ketika melewati desa Mekarwangi di kecamatan Pakenjeng. Sepeda motorc pun mengisi bensin pada penjual bensin eceran, ini pengisian kali ketiga. Dan membeli mantel hujan terbuat plastik sekali pakai, mengingat mendung menggantung, dan kegelapan sore sangat menjadi ditengah kepungan pepohonan. Sejak perkebunan teh Cikandang, serasa jalan pedesaan ini tak berujung, sepi pun menyelimuti perjalanan.

Bungbulang pun menyapa, ini lumayan kota kecamatan yang agak ramai. Saya melihat ada penginapan kecil dan ada penjual surat kabar. Keramaian kecil ini tak lama dirasakan, karena saya harus berpacu dengan waktu. Jalan hutan sepi kembali dilalui. Peta GPS bisa dimaksimalkan pada daerah dimana terdapat sinyal seluler. Didepan saya berharap kota kecamatan Cisewu segera bisa saya sampai. Kondisi jalan yang kurang baik, membuat penantian serasa begitu lama.

Akhirnya saya tiba di kota kecamatan Cisewu. Berhenti didepan pada sebuah bangunan kosong ketika adzan maghrib berkumandang, dan ada penjual sate keliling didepan bangunan kosong yang sedang menepi. Beberapa tusuk sate ayam, cukup menghangatkan suasana petang yang remang dan dingin. Penjelasan dari penjual sate atas kondisi jalan yang akan saya lalui didepan, membuat saya bisa lebih berhati hati.

Cisewu pun ditinggalkan dan menuju kecamatan Talegong. Jalan didepan gelap dan sepi, tetapi saya seperti menemukan kebahagiaan ketika ada mobil didepan, sengaja tak mau mendahului dan membiarkan motor lambat dibelakangnya. Kebersamaan dijalan itu membuat hati bisa lega, tapi itu berakhir di desa Nyalindung, begitu saya tahu nama daerah tersebut dari papan informasi sebuah gedung sekolah.

Wilayah kecamatan Talegong dimasuki dengan disambut hujan yang cukup membasahi, dingin pun semakin dan sepi pun kian menjadi. Motor sempat menuruni jalan tanah yang licin dan becek, dan saya pun harus turun dari motor. Beruntung ada mobil juga berjalan perlahan di jalan menurun itu, yang membuat saya agak lega ditengah sepi yang mencekam. Dijalan desa datar beraspal, kembali saya harus turun dari motor, longsoran tanah dari tebing, ceceran tanah lumpurnya setinggi betis menutupi badan jalan. Tak lama kemudian saya memasuki pusat kecamatan Talegong yang bisa dibilang jauh dari kesan ramai.

Berbekal teman Facebook yang belum pernah bertemu, akhirnya saya mendapat pertolongan untuk sekedar bisa berteduh dan bermalam serta makan malam di Talegong. Memaksakan perjalanan pasca hujan, dan malam telah melewati waktu Isya serta lelah, jelas bisa menjadi perjudian yang tidak menguntungkan. Keramaian didepan yang terdekat adalah kota Pengalengan, tapi dimalam itu bisa butuh waktu 2 jam untuk kesana. Saya pun mengakhiri malam di Talegong untuk menanti pagi datang.

Sesudah waktu Subuh, ketika matahari baru terlihat di timur, saya pun meninggalkan Talegong dengan penuh terima kasih. Perjalanan di jalan pedesaan itu pun berakhir, tepat ditapal batas kabupaten Bandung dengan kabupaten Garut, di perkebunan teh Cukul, ketika perjalanan bertemu dengan jalan provinsi yang lebar dan bagus. Kemudian bertemu kota sejuk Pengalengan dan mengisi bensin penuh untuk kali keempat. Lalu memasuki kota Bandung yang macet dan menuju Sumedang, tapi tak melewati sarapan pagi sesaat selepas Jatinangor. Akhirnya catatan perjalanan berakhir kembali dengan selamat di Majalengka kota, ketika kilometer berhenti pada angka 396.

SHOLAT PAKAI MASKER

IMBAUAN MUI SHOLAT MEMAKAI MASKER
( Dari sisi fiqih dan logika )

Ditengah pandemi corona, MUI mengimbau kepada umat Islam ketika sholat berjamaah di masjid tetap mengenakan masker dan tetap menjaga jarak. Haruskah saat sholat kita bermasker? Imbauan MUI ini tentu hal sangat positif dalam konteks corona yang kini telah menjadi pandemi. Corona adalah penyakit yang mudah dan cepat penularannya antar manusia. Bermasker dan menjaga jarak serta mencuci tangan bersih dengan sabun, menjadi hal utama dalam ikhtiar kita mencegah tertular corona.

Dari sisi fiqih tidak ada dalil yang melarangnya. Yang terpenting berkaitan dengan masalah ini, tujuh anggota tubuh saat sujud menempel ditempat sholat. Hidung bermasker tidak menjadi masalah, karena kedua lutut yang anggota sujud pun selalu terhalang pakaian saat sujud. Begitu juga dengan jari jari kaki ketika sholat mengenakan sepatu. Seperti pula boleh dahi terhalang rambut saat sujud, seperti bisa kita baca dalam hadits shohih Bukhori 810, 815 dan 816.

Dari sisi logika pun ada baiknya bermasker, karena saat kita sedang sholat, kita tidak bisa berpindah posisi untuk menghindar, jika ada jamaah disebelah atau depan belakang kita terbatuk atau bersin. Berbeda saat kita diluar sholat dan dihadapan orang lain, kita masih bisa menghindar dengan berpindah posisi. Apalagi kebersamaan kita dalam sholat berjamaah, paling cepat butuh waktu setidaknya lima menit.

Apakah bermasker dan tetap jaga jarak berarti kita tidak yakin dengan kesucian masjid dan pertolongan Allah? Masjid itu suci bukan dalam artian hiegenis dari kuman virus penyakit, tapi suci dalam arti kemuliaan kebesaran Allah, seperti juga dengan kota suci dan kitab suci. Masjid bukanlah tempat dimana kita bisa terhindar dari musibah. Musibah itu takdir dari Allah, bisa terjadi dimana dan sedang apa pun, tergantung dengan ikhtiar kita juga. Masih ingat, peristiwa crane proyek pembangunan roboh di masjidil Harom Mekah menewaskan banyak jamaah haji.

Allah maha penolong dan memberi pertolongan kepada umat manusia. Tetapi Allah juga mewajibkan umat manusia untuk berikhtiar, tidak menyerahkan bagaimana tergantung takdir. Menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun adalah bagian dari ikhtiar. Jika segala ikhtiar sudah dilakukan tetapi tetap gagal, disitulah kita bertawaqal dengan takdir. Tetapi ketika kita gagal, padahal kita tidak mau melakukan proses ikhtiar, disitulah kesalahan kita.

SETIA CINTA TERNYATA ADA

TIADA MENDUA, SETIA CINTA TERNYATA ADA
(eh eh eh…bang Jono)

Lirik lagu bang Jono yang dipopulerkan oleh artis Surkianih alias Zaskia Gotik, sangat sebuah keniscayaan dalam dunia realita. Tentang cinta yang mendua karena goda dunia, sehingga kasih hati pun terbagi. Lirik kritik terhadap perilaku kesetiaan cinta lelaki ini, tentu saja tidak berlaku general terhadap setiap lelaki.

Rahman pria Indramayu adalah potret tentang kesetiaan cinta seorang suami. Peserta Mikrofon Pelunas Hutang di Indosiar ini, membelajarkan kita tentang setia cinta yang tak mendua dan kasih hati yang tiada terbagi. Tentang cinta yang tiada bersyarat, sesuatu yang umumnya kita pinta untuk sekeping cinta 24 karat.

Ketika penampilan cantik sang istri, Nurjanah, yang kemudian berubah total, oleh penyakit tumor tulang geraham dan pipi, tak jua mengubah cinta tak jua menghentikan kesetiaan Rahman. Kasih Rahman tetap penuh tak pernah luruh. Tak terbersit cintanya berhenti, pergi dan berlari mencari pengganti.

Banyak kita yang memiliki segala dalam cinta, tetapi kemudian berbelok arah dalam langkah, mendua dalam cinta, membagi hati yang tersembunyi. Pasutri asal Indramayu yang hidup sangat sederhana ini, membuktikan bahwa cinta tak melulu tentang berapa banyak harta. Kesetiaan tidak harus bersyarat kesempurnaan fisik.

Jika seorang Rahman bisa kuat terus berjalan diatas kesetiaan melewati batas ujian, dengan banyak segala kekurangan. Masihkah kita mudah membuat cinta menjadi punah? Mencari pengganti pergi kelain hati? Dia yang hidup kurang, gigih berjuang agar kesetiaan tak hilang. Pantaskah mereka yang dilebihkan, begitu mudah melepaskan cinta yang ada dalam genggaman?

Rahman memiliki alasan untuk berpisah dan memisahkan cinta bahkan menduakan, tetapi Rahman memilih satu untuk tetap bersatu. Sementara mungkin banyak diantara kita tidak memiliki alasan untuk berpisah atau menduakan, tetapi mengambil pilihan tersebut. Tidak beriman seseorang yang oleh karena perbuatannya, menyebabkan orang lain tersakiti.

MAJALENGKA BERLARI DAN TERBANG

Jalan tol Cipali berbiaya pusat yang membelah sisi utara kabupaten Majalengka, membuat Majalengka kini berlari lebih cepat dalam mengejar pembangunan. Dan membuat Majalengka lebih dekat dalam tali silaturahmi dengan Jabotabek. Dalam hitungan sebentar kedepan, Majalengka pun akan dibuat lebih dekat dan cepat untuk mempererat kerjasama dengan Bandung raya ketika jalan tol Cisumdawu menyatukan dua wilayah tersebut.

Eksistensi bandara internasional Kertajati yang kini menjadi landmark Majalengka, membuat Majalengka tidak hanya berlari lebih cepat tetapi juga membuat terbang lebih tinggi. Hasil pembangunan ini, bisa memicu dan memacu Majalengka lepas landas dalam arti sesungguhnya dalam pembangunan dan ekonomi. Keriuhan deru mesin pembangunan ternyata tidak hanya menjadi gemuruh dibelahan utara, kini merambah belahan selatan Majalengka dengan potensi wisata alam dan kesuburan tanahnya.

Sesaat dalam hitungan tahun kedepan, jalan desa antara Cikijing hingga Sindangwangi sepanjang 40 km, yang melintasi Sangiang, Cibunut, Panyaweuyan, Argalingga, Sindang, Bantaragung, akan diperlebar dan diperbagus. Akses ini, tentu untuk memacu pertumbuhan ekonomi Majalengka bagian selatan. Sehingga menjadi lebih seksi untuk menggoda para investor membangun Majalengka. Jalan yang seperti membelah diagonal Majalengka dari ujung timur hingga ujung selatan, akan menjadi nyawa yang lebih membuat hidup potensi wisata alam dan usaha pertanian perkebunan yang telah menjadi ciri Majalengka belahan selatan.

Semoga, segala daya dan upaya pembangunan ini, bisa lebih memakmurkan masyarakat di Majalengka, yang lebih memilih setia dalam kebersamaan provinsi Jawa Barat, saat isu wacana pembentukan provinsi Cirebon mencuat. Tentu walau Majalengka berlari lebih cepat dan kelak akan lepas landas terbang tinggi, tetap kearifan lokal dan budaya khas Majalengka, harus tetap membumi dan mengakar di tanah dimana kini pohon buah maja telah langka, yang menjadi awal kata buah maja langka menjadi Majalengka.

JIHAD DAN BOM BUNUH DIRI

Aksi jihad dengan cara bunuh diri, tidak ada presedennya dalam sejarah Islam dizaman nabi dan para sahabat beliau. Malah ada kisah seseorang dalam peperangan dizaman Nabi, dia terbunuh oleh musuh. Para sahabat menyangka dia syahid dan masuk surga. Tetapi Nabi menjelaskan bahwa dia masuk neraka, sebab dia sengaja membiarkan dirinya agar terbunuh oleh musuh, hukumnya mati bunuh diri. Dan dalam Islam jelas dan tegas berdasarkan hadits shohih, orang yang mati bunuh diri dengan dalih jihad, hukumnya adalah kafir, karena menentang takdir Allah dan akan kekal dalam neraka.

Andai bunuh diri agar musuh terbunuh diperbolehkan, tentu akan pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi. Faktanya, jihad dengan cara bunuh diri tidak pernah kita temukan presedennya dalam sejarah Islam. Dalam Islam sangat terang benderang hukum berperang, haram membunuh musuh yang sudah menyerah. Musuh yang tertawan pun harus diperlakukan secara manusiawi. Lalu bagaimana mungkin orang yang bukan musuh dan tidak memerangi Islam, menjadi target bom bunuh diri? Dalam sikon peperangan saja, Nabi Muhammad SAW melarang merusak tempat ibadah agama lain, dan melarang membunuh anak anak dan kaum wanita. Jelas kita pastikan, orang yang melakukan aksi seperti itu, adalah manusia tidak beragama. Siapa pun pelakunya, apa pun motifnya, siapa pun aktor intelektualnya, pelaku tersebut jelas kafir dan kekal dalam neraka.

Bahkan Abu Lahab, gembong musyrikin, pembenci Islam dan musuh utama Nabi, mati tidak terbunuh oleh kaum Muslim, tetapi Abu Lahab mati karena sakit. Jika Islam mengajarkan boleh membunuh orang kafir, maka Abu Lahab harusnya mati terbunuh. Pembunuhan yang diperbolehkan dalam Islam adalah dimedan peperangan, karena hanya ada dua opsi, membunuh atau terbunuh. Atau seseorang yang mempertahankan hak miliknya yang akan dirampas oleh pencuri.

Jadi klaim bahwa bunuh diri bisa dijadikan cara untuk jihad, jelas sesat dan menyesatkan. Tidak akan pernah kita menemukan dalam Qur’an atau hadits shohih, satu kata pun yang bisa menjadi argumen, bahwa kaum Muslim boleh membunuh orang diluar Islam. Dan tidak ada argumen satu kata pun, bahwa bunuh diri bisa menjadi cara untuk jihad. Andai ada ajaran seperti itu, akan terlalu banyak umat muslim yang melakukan pembunuhan. Orang yang mengaitkan jihad dengan cara bunuh diri adalah bagian dari ajaran Islam, sama bodohnya dengan pelaku yang mau melakukan bunuh diri dengan dalih jihad. Jika ada fihak yang bisa membuktikan dalam Qur’an dan hadits shohih, bahwa muslim boleh membunuh non muslim, maka saya akan keluar dari Islam. Dan memang argumen seperti itu tidak akan pernah ada dalam Qur’an dan hadits shohih.

HEAD TO HEAD ROAD TO PRESIDENT 2019

Dalam hitungan sekitar satu tahun dari sekarang, publik akan memperoleh hasil quick count pilpres 2019. Enam bulan sesudahnya, Indonesia akan memiliki presiden untuk periode hingga 2024. Membaca pertarungan menuju RI 1 2019, menjadi hal yang sangat menarik. Rivalitas menjadi yang teratas, tentu bisa membuat suhu menjadi panas.

Road to president sepertinya akan mengerucut menjadi head to head antara dua kubu. Setelah ada kecenderungan kubu Demokrat lebih mendekat dan merapat ke kubu PDI-P. Kontestasi tiga kubu, sepertinya sulit terjadi pada pilpres 2019. Kubu petahana dengan pendukung utama PDI-P telah memastikan kembali mengusung capres Joko Widodo. Mereka telah bisa fokus menata kekuatan setelah menjadi terdepan dalam penetapan capres.

Sementara rivalnya adalah kubu Prabowo Subianto dengan mesin penggerak utama Gerindra. Sinyal terkini, yang membuka wacana Prabowo Subianto bisa bukan sebagai capres, menjadi berita menarik, dan bisa mengubah kalkulasi rivalitas menuju pilpres 2019. Bahkan bisa jadi, nama diluar Prabowo sebagai capres dari kubu Prabowo, kian menajamkan dan memperjelas arah hasil pilpres 2019.

Banyak nama diluar Prabowo untuk diusung dari kubu Prabowo, tetapi satu nama yang tampaknya memiliki kekuatan keatas adalah Gatot Nurmantyo. Figur Gatot sepertinya memiliki resistensi yang minim di internal kubu Prabowo, figur yang akseptabel diantara parpol kubu Prabowo. Jejak rekam dan popularitas Gatot, sangat bisa menggoda pemilih yang ingin hal baru, mengingat figur Prabowo pernah tampil sebagai capres di pilpres lalu.

Jika Prabowo Subianto tampil sebagai king maker, dengan mendorong Gatot Nurmantyo, sepertinya sangat bisa menjadi anvantage bagi Gerindra dkk. Jika situasi seperti ini, figur Prabowo akan menjadi tokoh legowo yang hebat. Sementara figur kuat lainnya dikubu Prabowo, seperti TGB, Aher, Zulkifli Hasan dan Anis Baswedan bisa menjadi bagian timses untuk mendulang suara.

Persoalan kunci dikebanyakan kontestasi pemilihan adalah menjaga soliditas kekompakan internal kubu. Ini menjadi PR besar kubu Prabowo. Sementara kubu Jokowi sudah solid satu suara dalam pencapresan. Bisakah internal kubu Prabowo menanggalkan ego keparpolan? Tidak berkompetisi mengusung banyak figur untuk capres? Jika figur Gatot Nurmantyo yang tampil, maka capres Joko Widodo harus bekerja lebih keras, jika ingin merealisasikan moto salam dua periode.

MISTERI DALAM SHOLAT

Bisa jadi hanya sebagian muslim yang berpikir dan bertanya tanya, mengapa bacaan Fatihah saat dibaca secara sirr, baik sholat munfarid atau berjama’ah utamanya rokaat tiga dan empat, umumnya dibaca dengan cepat. Bahkan sering kita jumpai durasi membacanya super cepat hingga dibawah 20 detik. Berbeda saat dibaca dengan jahar, selalu dibaca tartil ayat per ayat hingga durasinya bisa dikisaran 40-60 detik.
Jika dikatakan sebagai sunah tentang perbedaan cara membaca demikian, sulit kita menemukan dalilnya dalam hadits shohih. Kita mungkin cukup berasumsi, bahwa saat dibaca jahar, bacaan Fatihah dibaca tartil ayat per ayat, dikarenakan terdengar oleh orang lain. Sedangkan saat dibaca secara sirr, Fatihah dibaca cepat bahkan sebagian cenderung super cepat dikarenakan tidak terdengar oleh orang lain.

Pertanyaan kita mungkin, mengapa hampir tidak ada imam atau kita saat munfarid, yang membaca Fatihah secara super cepat ketika sholat dibaca secara jahar? Kenapa dibaca super cepatnya selalu hanya saat dibaca sirr? Padahal andai membaca super cepat seperti saat dibaca sirr, dipraktekkan juga saat rokaat dibaca jahar, tentu banyak makmum yang mendengar dan bisa belajar cara membaca Fatihah dengan super cepat tetapi tetap benar secara ilmu tajwid.

Permasalahannya tentang bukan boleh atau tidak membaca super cepat Fatihah. Tetapi kita mengingat kepada hadits shohih, seorang pria yang sholat dengan cepatnya, terlihat oleh Nabi, disuruh ulang hingga empat kali. Dan Nabi menasehati agar mengerjakan sholat dengan tenang, tidak tergesa gesa dalam gerakan maupun bacaan. Juga pernyataan sahabat Hudzaifah r.a terhadap orang yang sholatnya tergesa gesa, bahwa orang tersebut tidak sholat dan jika wafat maka diluar sunah Nabi.

Juga seperti terkesan ambigu, ketika kita meyakini bahwa bahasa Qur’an begitu khas cara membacanya, hingga ketika diabaikan bacaan tasydid atau mengabaikan panjang pendek bacaan, maka bisa mengubah makna bacaan secara frontal. Super cepat membaca Fatihah tentu rentan dan berpotensi menyalahi kaidah ilmu tajwid. Membaca Fatihah atau ayat Qur’an lainnya yang mendekati benar dan baik, adalah ketika cara membacanya secara tartil ayat per ayat. Seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi. Jika mengerjakan sholat secara tuma’ninah perlu waktu lebih lama 1-2 menit dibanding sholat dengan cepatnya, apakah kita menjadi rugi secara waktu dan tenaga? Bukankah kita ingin memperoleh ridho Allah dengan mengikuti contoh dari Nabi?

#Sholat_tumaninah#Baca_Fatihah_tartil

PILKADA 2018 : GENDERANG PERANG SANG PEMENANG

Hitung mundur 90 hari kedepan, ruang publik akan dibisingkan oleh gelegar politik yang meriuhkan semesta Indonesia. Suksesi kepemimpinan daerah memang amanat konstitusi, agar kekuasaan dapat berestafet secara demokrasi. 

Akan ada polarisasi kekuatan politik dalam pertarungan head to head. Aliran dukung mendukung pun akan berarus bermuara kepada para kandidat. Keriuhan akan memeriahkan pesta berdemokrasi di 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kotamadya.

Publik memang akan terbelah tapi bukan terpecah. Saling berkubu tapi bukan untuk beradu. Rivalitas dalam kualitas bukan melulu kuantitas. Ini memang realita takdir politik. Hingga pada 27 Juni 2018, ketika rakyat menjadi hakim tertinggi, dalam sidang Indonesia Pilkada. Pasca pilkada, sejatinya kita kembali dalam keIndonesiaan bhinneka tunggal ika. 

Usah gagah karena suara melimpah, usah merasa rendah bila pun kalah. Amarah harus punah, agar dendam bisa diredam. Karena siapa pun yang terpilih pada saatnya, dia adalah bukan pemimpin saya, bukan pemimpin anda, bukan pemimpin mereka, tetapi pemimpin kita bersama.

Kelak tangan kembali saling berjabat, silaturahmi kembali direkat, maaf untuk segala hujat kata mengumpat, jarak harus kembali dekat, ikrar pun dibuat dalam sepakat. Doa pun kita panjat, semoga pejabat kita bermartabat, agar rakyat makmur dan kuat.

MEDIA SOSIAL SEBUAH KEKUATAN ZAMAN

Kurun waktu satu dasa warsa belakangan ini, kehadiran media sosial di ruang kehidupan telah membuat pergerakan informasi seolah berlari lebih cepat dari dorongan waktu yang melaju. Media sosial yang belakangan muncul, kini berlari lebih cepat dan lebih didepan dibanding media cetak dan elektronik, yang nota bene lebih dahulu melesat dari garis start perlombaan informasi.

Like and dislike, media sosial telah menjelma menjadi sarana informasi yang begitu populer dan powerfull. Media sosial seolah kekuatan informasi yang tak lagi dibatasi oleh delay, dan memiliki keunggulan independensi di ruang informasi. Ketika ada kekuatan yang berupaya mengebiri media sosial, maka kekuatan global akan melindasnya. Ketika ada fihak yang bersikap apriori dengan eksistensi media sosial, maka dia akan ditenggelamkan oleh gelombang lautan informasi.

Jangan pernah berupaya untuk bersembunyi atau menaklukan kekuatan media sosial. Indera media sosial begitu peka dalam mendengar, tajam dalam melihat, sorotnya bisa menerangi ruang yang remang hingga bisa terlihat. Kini, momen dalam kehidupan tak lagi bisa disembunyikan. Karena setiap kita, bahkan bisa menjadi jurnalis independen disetiap saat untuk mengabarkan.

Ketika kata kata tak lagi bisa berdusta. Ketika kebohongan tak lagi bisa menutupi. Ketika rekayasa tak lagi bisa menjadi skenario. Ketika kata maaf tak lagi bisa untuk mengelabui. Ketika kecerdasan tak bisa lagi dibodohi. Maka, waktu pada saatnya akan menemukan kebenarannya. Maka berdiri, berjalan dan berbuatlah yang elegan di ruang kehidupan yang seolah tak lagi berbatas dinding.

KISAH BOCAH LEMAH DI SARINAH

Asa bangsa yang masih bocah itu tiduran lemah, setelah seharian dan mungkin berhari hari ikut mencari nafkah, mengamen mencari kepingan dan lembaran rupiah, pada kawasan mewah sekitaran Sarinah.

Kemiskinan bisa membuat sebagian saudara kita mencari makan di jalanan. Tapi asa bangsa yang masih bocah ini tidak boleh dikorbankan. Ini ada dan cerita fakta, bagaimana mereka dan lalu dimana kita? Apa hanya air mata yang bercerita?

Sementara di langit kekuasaan Indonesia, pelangi kekuasaan berarak bergerak, membangun amanah untuk memerintah. Semoga, pelangi kekuasaan yang penuh warna, dapat membuat banyak asa bocah tak binasa. Semoga menjadi pelangi yang memberi arti, dan dapat mengakhri banyak kisah susah para bocah.

Kisah bocah di Sarinah ini adalah realita. Bahwa begitu banyak ada air mata disana. Ketika kita tak dapat membuat mereka tertawa, maka berilah asa dan doa agar mereka tak menangis dalam duka. Tuhan, jangan beri kami dosa karena kami insan yang tiada daya.

SANTAPAN TULISAN

Isu dan peristiwa yang telah menjadi menu harian dalam hidup dan kehidupan terkini, bisa menginspirasi kita untuk mengolah dan menggorengnya menjadi sebuah tema tulisan di medsos, untuk dihidangkan dan menjadi santapan bagi pemirsa, yang bisa mengenyangkan informasi bagi kita yang terkadang lapar dan haus akan pemberitaan dan informasi.

Tetapi jika kita kurang berhati hati dalam menyajikannya, menu postingan kita, bisa menjadi hidangan yang tidak menyehatkan, bahkan menjadi toksin yang merusak. Perlu sikap bijak dan kehati-hatian dalam memilih dan memilah bahan bahan yang ingin kita tuangkan dalam sebuah porsi tulisan, untuk disajikan di meja pemirsa.

Sehingga apa yang kita tulis tidak melintas batas, tidak melanggar pagar. Karena ada mata yang harus dijaga dari segala dosa. Pendengaran harus bisa mendengar suara kebaikan, bukan bisikan kemaksiatan. Bukankah lidah mudah digoda oleh fitnah gibah dan sumpah serapah.

Karena apa yang kita perbuat akan diingat dan dicatat. Dunia mungkin penuh dengan subyektifitas, sehingga kebenaran bisa menjadi batas yang bias. Nasehat dan pendapat terkadang menuai debat. Banyak yang ingin dan bisa kita tulis, seperti banyak pula yang ingin kita sampaikan. Tetapi ruang obyektivitas bisa begitu sempit dalam selembar kertas dan sebatang pena.

PEMIKIRAN YANG MENAFIKAN NORMA AGAMA

Jika kita menyaksikan tayangan televisi semisal ILC di TV One, yang menghadirkan nara sumber dari beragam latar, kita bisa mendengarkan cara pandang mereka terhadap suatu permasalahan, termasuk jika materi tayangan bertema yang memiliki keterkaitan dengan norma keagamaan.
Bagaimana ada yang melihat sebuah persoalan keduniaan yang tidak bisa dilepaskan dengan norma agama, karena memiliki ikatan dan kaitan dengan ajaran agama, tetapi mengukur dan menakarnya dengan lebih mengedepankan melihat dan berdasar prinsip keduniaan semata, hukum legal dunia, hak azasi, anti diskriminasi, pluralisme, kebebasan dan semisal itu.

Untuk sebuah kebebasaan berfikir dan berbicara, atas nama itulah manusia berpendapat dan memiliki cara pandang kehidupan, yang terkadang sama sekali menafikan norma keagamaan. Kebenaran hakiki apa yang kita yakini sebagai ajaran agama, memang akan terbukti dan dialami kelak di akhirat. Dan itu adalah sesuatu yang diyakini setiap individu, kecuali individu yang tidak mengimani eksistensi Tuhan.

Lindungilah pemikiran kita dari sentuhan dan pengaruh, yang menafikan dan memarginalkan ajaran dan kebenaran agama. Karena sekuat sehebat selama apa pun kita hidup di dunia, akan berakhir dan dibatasi oleh kematian. Dan kelak, ketika kita sebagai pesakitan di mahkamah akhirat, tidak akan dihukum berdasar palsafah atau konstitusi keduniaan. Tangisi dan renungi kehidupan dunia selagi hidup, atau menangis menyesali kehidupan sesudah kita mati.

MUSLIM BERTANYA, PENDETA SAIFUDDIN IBRAHIM MOHON MENJAWAB

** Tentang Kronologi Kelahiran Yesus 

Dalam khotbah pelayanannya yang dapat dilihat oleh publik di YouTube, Pendeta Saifuddin Ibrahim sering berbicara tentang Islam dan keislaman. Gaya bicaranya cenderung tendensius dan ‘menantang’ pertanyaan kepada muslim. 

Sebagai seorang muslim, saya terpanggil untuk bertanya tentang isi Injil yang sekarang diimani oleh pendeta ini. Semoga Saifuddin Ibrahim mau dan bisa menjawab keingintahuan saya, yaitu tentang kronologi kelahiran bayi Yesus dalam kitab Injil yang menurut saya kisahnya kontradiktif.

Menurut Injil Matius 2:1-23, Yesus lahir di Betlehem dengan ditandai munculnya bintang terang di langit timur. Karena tanda bintang itulah sekelompok orang Majus dari timur, datang ke Yerusalem ingin melihat bayi yang akan menjadi ‘raja’ umat Israel. Atas informasi orang Majus ini, raja Herodes penguasa atas Yerusalem di Yudea ini jadi tahu dan gusar maka berniat ingin membunuh bayi Yesus. 

Orang orang Majus berhasil menemui bayi Yesus di Betlehem. Atas petunjuk malaikat, orang Majus kembali ke daerahnya dan tidak menemui raja Herodes. Sementara atas petunjuk malaikat, malam itu juga orang tua Yesus mengungsikan bayi Yesus ke Mesir. Setelah tahu, raja Herodes marah besar, hingga memerintahkan agar semua bayi usia 2 tahun kebawah yang lahir di Betlehem Yerusalem dibunuh. Keluarga Yesus tinggal di Mesir sampai raja Herodes wafat digantikan oleh anaknya Arkhelaus. Barulah setelah itu bayi Yesus dibawa pulang oleh orang tuanya ke tempat asalnya dari Mesir ke Nazareth Galilea. Kisah ini ditulis oleh Matius agar tergenapi nubuat “terdengar suara tangisan di Rama” dan “kupanggil anakKu dari Mesir”.

Kronologi kisah ini sangat kontradiksi dan membingungkan jika dibandingkan dengan Injil Lukas 2:1-39. Karena selama 40 hari pertama sejak lahir, bayi Yesus dengan orangtuanya tetap tinggal di Betlehem dan Yerusalem. Usia 8 hari disunat, usia 40 hari diberkati didoakan di Bait Tuhan Yerusalem oleh imam Simeon dan Nabi Hana. Hingga semua orang tahu kelahiran bayi Yesus sang Mesias. Tapi anehnya, raja Herodes yang berkuasa atas Yerusalem tidak tahu. Bayi Yesus tetap aman dan tidak dibunuh dan tidak ada ancaman pembunuhan dari raja Herodes. Setelah 40 hari dan selesai upacara pemberkatan, bayi Yesus dibawa pulang ke Nazareth Galilea. Tidak ada kisah pengungsian ke Mesir.

Jelas, dua kronologi kisah kelahiran Yesus ini sangat membingungkan dan berbeda. Padahal kelahiran bayi Yesus adalah kejadian yang hanya satu. Mustahil kedua kisah ini benar semua, karena bercerita tentang satu kejadian. Pendeta Saifuddin Ibrahim tentu mengimani kitab Injil sebagai kitab suci, yang ditulis oleh penulisnya berdasar bimbingan ilham dan petunjuk dari Tuhan. Jadi mustahil kisah dalam kitab Injil keliru atau salah. Semoga Pendeta Saifuddin Ibrahim yang khotbahnya sering ‘menantang’ umat Islam, bisa menjawab dan menjelaskan dengan logika dan kecerdasan.

MENJAWAB MENGAPA NABI BERISTERI BANYAK

Sudah sangat biasa bagi umat Islam dengan pertanyaan ini. Malu dan risikah umat Islam? Tentu sangat tidak. Karena kecerdasan dan logika keimanan bisa menjelaskannya.

Karena hasrat bioligiskah? Isteri pertama Rosulullah SAW adalah umul mukminin, Khodijah ra, janda dengan usia 15 tahun lebih tua dari Nabi. Dari Khodijah ra, Nabi memiliki 6 orang anak. Dua puluh lima tahun kemudian, Khodijah ra wafat dan saat itu Nabi hanya beristerikan seorang Khodijah ra.
Setelah Khodijah ra wafat, Nabi menikah dengan beberapa wanita, yang sebagian besar adalah janda beranak. Dari seluruh isteri kemudian ini, hanya satu isteri saja yang melahirkan anak, tapi saat balita anak beliau wafat. Tentu ini rencana Allah. Jika karena hasrat bioligis, tentu isteri isteri Nabi yang terbukti subur, akan melahirkan banyak anak. Apalagi zaman itu belum ada alat kontrasepsi.
Mengapa Nabi menikah dengan umul mukminin Aisyah ra, yang sangat muda usia? Ini rencana Allah yang sangat disyukuri oleh umat Islam. Seluruh isteri isteri Nabi, wafat relatif tidak lama setelah Nabi wafat. Dan Aisyah ra, adalah satu diantara isteri yang terakhir wafat, hingga lebih setengah abad setelah kepergian Nabi.
Karena muda usia, Aisyah ra bisa hidup lebih lama, juga terbukti cerdas. Karena itu, banyak ilmu dan ajaran Islam yang bersumber dari Aisyah ra, yang tidak diketahui oleh para sahabat Nabi, tapi Aisyah ra mengetahuinya, karena sebagai isteri. Aisyah ra sempat mengajarkan ilmu keIslaman hingga setengah abad pasca wafat Nabi.

Banyak hukum dan ajaran Islam yang muncul, karena hikmah pernikahan Nabi dengan beberapa isteri, terutama tentang ajaran kehidupan rumah tangga, pernikahan juga perceraian. Hukum dan tata cara juga ijab kabul pernikahan perceraian, bukan reka cipta dari ulama Islam. Tapi hukum Islam tersebut memang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW saat masih hidup.

Apakah menikah dengan banyak isteri zaman itu menyalahi peraturan? Mudah tentu menjawabnya, tidak. Apakah seorang Nabi, salah menikah lebih dari satu wanita? Siapa yang bisa menghitung para isteri dari Nabi Sulaiman as. Berapa orang isteri isteri dari Nabi Ibrahim as, Ishak as, Yakub as, Musa atau Daud as?

Mengapa Nabi menikah dengan lebih 4 wanita, tapi umat Islam dibatasi hanya maksimal 4 dalam waktu bersamaan, itu pun dengan persyaratan? Karena ada hukum yang dikhususkan hanya untuk Nabi, tapi tidak untuk umatnya. Sholat tahajud malam wajib untuk Nabi, tapi tidak untuk umatnya. Dan keluarga juga keturunan Nabi tidak boleh menerima zakat. Tapi umat Islam lainnya boleh. Karena Allah maha tahu dan maha perencana.

Tentu saja, mendeskreditkan Islam, dengan dakwaan karena Nabi Muhammad SAW beristeri banyak. Atau Nabi seorang fedopil, sangat tidak bisa menggoyahkan keimanan seorang muslim. Karena seorang muslim didoktrin untuk meyakini Islam dengan logika kecerdasan keimanan, bukan percaya begitu saja dengan dogma keimanan.

MEMBANTAH PENDETA SAIFUDDIN IBRAHIM 

ISLAM MENGAJARKAN KEKERASAN?

Jagat media sosial tengah diriuhkan diantaranya oleh banyak video dan postingan viral dari seorang pendeta Saifuddin Ibrahim, yang konon awalnya sebagai seorang muslim, tentu itu pilihan hidup dan hak asasi seseorang. Karena postingannya kerap berbicara tentang Islam dan keislaman, tentu sebagai Muslim kita berhak untuk mengklarifikasi atas apa yang dia sampaikan.

Dalam banyak ceramahnya dia berbicara, pilihan meninggalkan Islam karena Islam mengajarkan kekerasan dan pembunuhan, dia membawakan ayat ke 191 surat al-Baqarah. Tentu saja seorang muslim, bahkan yang awam pun sangat paham, bahwa ayat tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan Islam mengajarkan kekerasan apalagi membunuh seseorang. Karena ayat tersebut bersama ayat sebelumnya 190, menceritakan tentang peperangan yang dilakukan oleh umat Islam, dimana umat Islam harus membela diri dalam peperangan tersebut. Jadi konteksnya bukan ajaran perintah untuk membunuh atau melakukan kekerasan tanpa alasan atau sebab. 

Secara logika pun, tentu saja sebuah kemustahilan jika agama mengajarkan kekerasan atau membunuh. Kekerasan atau pembunuhan adalah keniscayaan dalam kehidupan, bisa terjadi dimana pun kapan pun dan oleh siapa pun.

Sejarah kelam kekerasan dalam peradaban tidak hanya monopoli komunitas satu agama. Sejarah dunia mencatat bagaimana kekerasan genosida pernah terjadi pada abad pertengahan, terhadap ribuan umat Islam di Spanyol yang dilakukan oleh bangsa Eropa ( inkuisisi ). Genosida juga pernah terjadi dengan korban ribuan umat Islam yang nota bene pelakunya umat non Islam pada tahun 1990an di Bosnia Herzegovina.

Saifudin Ibrahim juga mengatakan bahwa sejarah awal Islam penuh kekerasan dengan terjadinya 27 kali peperangan. Masa itu peperangan sesuatu yang bisa difahami terjadi dan adalah sebuah keniscayaan, karena Nabi lahir di wilayah yang tidak memiliki sistem aturan bernegara. Misi Nabi pun berdakwah mengajarkan menyembah kepada satu Tuhan, di tengah komunitas pagan yang menyembah banyak dewa.

Faktor-faktor itulah yang menyebabkan timbulnya peperangan yang tidak bisa dihindari. Tentu sangat berbeda dengan sejarah awal Kristen, dimana Yesus lahir di wilayah dengan sistem pemerintahan ( Romawi ). Dan di komunitas Bani Israil yang relatif telah memiliki ajaran agama menyembah kepada satu Tuhan, ajaran yang disampaikan oleh nabi Musa. Jelas konsekuensi berperang tidak mungkin dialami dalam dakwah Yesus saat itu. Saifuddin Ibrahim sangat paradoks, pada satu sisi nyinyir kepada Islam, karena katanya umat Islam susah payah jika ingin masuk surga, karena harus beramal baik sebanyak mungkin. Tapi disisi lain menuduh Islam mengajarkan kekerasan kepada umatnya. Tuduhan dan nyinyiran yang sangat standar ganda. 

Menurutnya, Islam mengajarkan umatnya membunuh orang non muslim. Jika itu benar, tentu pendeta Saifuddin Ibrahim saat ini sudah tidak akan hidup segar bugar. Jika tuduhan Saifuddin Ibrahim benar, maka tidak akan ada warga Saudi Arabia yang non Islam bisa hidup di negara Saudi Arabia. Dan akan banyak masyarakat non muslim di Indonesia yang akan dibunuh oleh mayoritas muslim, misal di Aceh. Jadi nyinyiran dan tuduhan asbun dari pendeta Saifuddin Ibrahim, jelas sangat tidak cerdas dan sangat salah.

HIJAB : DIGUNAKAN ATAU DITANGGALKAN?

Hijab adalah kewajiban bagi muslimah, terlepas apakah hatinya sudah baik atau belum. Jika harus menunggu baik dan sempurna, maka tidak akan pernah ada kita manusia biasa yang baik dan sempurna. 
Semisal kebutuhan makan dan minum, adalah keharusan setiap manusia yang hidup, terlepas apakah hatinya baik atau jahat. Ungkapan “Hijab hati lebih penting, sebelum menghijab tubuh”, adalah alasan klise bagi mereka yang memang enggan untuk berhijab. 

Seorang muslimah yang walau masih berhati jahat, tetap wajib berhijab. Karena ketika seorang muslimah berhijab, dia beroleh kebaikan pahala berhijab. Sebagaimana ketika dia menanggalkan hijab, maka dia berdosa karenanya. 

Hijab, bukan persoalan harus hati baik atau masih jahat, tapi soal perintah ALLAH. Perihal hati dan sikap adalah soal lain. Analoginya apakah jika hati dan perilaku kita masih jahat, lantas iman ISLAM kita harus ditanggalkan? Haruskah menunggu hati dan perilaku kita baik dahulu? 

Kita mungkin saja menunda berhijab, menunggu hati dan perilaku baik dahulu, padahal KEMATIAN bisa menjemput kita lebih cepat dari rencana pertaubatan kita. Berharap dan berdoalah, agar Allah tidak mencabut nyawa kita selagi kita mencabut hijab. Atau Allah memaksa kita berhijab dengan kain kafan, saat kita telah kaku tak mungkin lagi bisa bertaubat?

Berdoa dan berharaplah agar kematian tidak segera datang sebelum kita bertaubat. Tapi tahukah kita bahwa takdir kematian, tidak bisa ditunda dengan doa dan harapan kita. Kematian adalah kekuatan yang tidak pernah bisa disiasati, dan tidak pernah bisa kita mengalahkannya.

POLITIK HANYA SEBATAS RASA

Politik kekinian telah membuat rasa dan cara pandang kita terhanyut oleh arus yang deras mengalir. Hingga membuat kita hanyut dan terseret dipusaran arus aliran politik yang begitu deras. Dalam situasi seperti ini, sulit bagi sebagian kita untuk berpijak ditepian netralitas dengan cara pandang yang obyektif dalam pembicaraan politik.

Apalagi ketika konstelasi politik telah bersentuhan dengan rasa keagamaan dan primordialisme. Mungkin kita dari sebagian besar yang memiliki  keberpihakan karena afiliasi politik walau sekadar sebatas rasa, karena bukan pelaku langsung politik. Atau kita bisa jadi manusia langka dari sebagian sedikit, yang memiliki kekuatan perasaan hingga mampu berdiri netral dan obyektif dalam pembicaraan politik.

Ketika kita bicara dan berdebat politik, tentu cara pandang kita sulit melepaskan diri dari rasa keberfihakan, baik karena pilihan kepada figur personal atau pilihan partai politik, apalagi ketika isu keagamaan dan primordialisme begitu kental. Menghindari pembicaraan dan perdebatan tentang politik, dengan fihak yang berbeda, bisa sebagai cara bijak sebuah upaya untuk menahan diri.

Baik individu atau media, sulit untuk bersikap netral dan obyektif ketika berbicara politik. Kita akan melihat politik, terikat oleh dimana kita berdiri dan berposisi. Menahan diri bisa membuat kita untuk tidak masuk kedalam perangkap dosa karena lidah dan telinga, karena isu politik sangat menggoda lidah dan telinga untuk ikut bermain.

Berlindung dari fitnah dunia yang seorang muslim dianjurkan untuk berdoa menghindarinya diakhir sholat, mungkin inilah zaman tersebut. Tetapi realita arus politik adalah tak bisa kita hindari dengan akibatnya yang mempengaruhi kehidupan. Maka menahan diri dan mendekat kepada DIA adalah upaya terbaik. Erupsi aspirasi rasa politik kita, cukup   kita eksekusi saat hari Pilkada atau Pemilu. Hukumlah dengan tidak memilihnya atau dukung dengan memilihnya.

TAK BISA BERJALAN TETAPI MELANGKAH KE SURGA

Alana Ragil Prasetyo, bocah delapan tahun asal Banjarnegara penyandang difabel terlahir prematur berberat 13 ons yang divonis akan wafat, terlahir sebagai tanda kebesaran Allah untuk memberi ingatan dan membelajarkan kita tentang kekuasaanNYA yang tidak berbatas tidak terbatas. Dengan keterbatasannya yang menurut kita sulit, Allah memberi kekuatan kepada Alana sebagai juara hafiz Qur’an Asia Pasifik, agar melalui Alana kita mau melihat mendengar dan datang kepadaNYA. 
Alana terlahir tak bisa berjalan, kini setelah menjalani operasi kaki pasca tampil sebagai juara hafiz Qur’an, dia bisa berjalan walau masih tertatih tatih. Alana berjalan tertatih tatih di dunia, tetapi bocah ini begitu kuat dan cepat dalam melangkah mencari surgaNYA. Sementara banyak kita kuat dan cepat melangkah mencari dunia, tetapi tertatih tatih bahkan berhenti untuk mencari dan datang kepadaNYA.

Berapa jauh jalan dosa yang telah kita tempuh? Telahkah langkah langkah kaki kita mendekatkan jarak kepadaNYA. Nikmat sehat langkah kaki apa yang telah kita dustai? Yang telah kita syukuri? Alana dengan derita kaki terlahir untuk mengingatkan kita agar melangkah kepadaNYA. Ingatlah padaNYA selagi kaki kaki kita dapat melangkah. Ataukah kita teringat setelah kaki kaki kaku tidak dapat melangkah? Menangislah di dunia tentang kematian, atau menangisi kehidupan saat kita di alam kematian?

AIR MATA DUNIA, MATA AIR SURGA

Jalan ke surga bisa mudah, tetapi kita mempersulitnya diantaranya dengan cara enggan memberi dan berbagi. Jalan ke surga pun begitu dekat, tetapi langkah kita menjauhinya dengan membuang apa yang kita makan, dengan enggan memberi rezeki yang kita miliki.

Pintu surga begitu lebarnya, tetapi kita menutupnya ketika kita menutup mata untuk enggan melihat mereka yang membutuhkan. Pintu surga bisa terbuka lebar, bahkan hanya dengan sekerat roti bahkan dengan sekeping uang.

Ketika surga bisa ditempuh dengan berjalan, maka berbahagialah mereka yang berlari menghampiri surga. Banyak jalan menuju surga, tetapi kebanyakan kita enggan berjalan untuk menempuhnya.

Ketika kita tak memiliki untuk sedikit pun memberi. Ketika kita tak kuat, bahkan untuk sedikit pun berbuat. Maka surga akan tetap mendekat dan menghampiri kita, ketika kita tetap bersyukur padaNYA walau dengan nikmat yang belum kita dapatkan. 

Ketika kita belum memiliki rezeki untuk memberi dan berbagi, belum memiliki daya untuk upaya, maka bersedekahlah dengan kebaikan lidah, hati dan pikiran yang terjaga, agar dengan sedekah ini orang lain tak tersakiti tak teraniaya tak terzalimi.

Berbahagialah mereka yang mau mendengar walau belum bisa melakukannya. Berbahagia pula mereka yang tidak mendengar tapi mau melakukannya. Merugilah mereka yang enggan mendengar dan enggan pula untuk berbuat.

PIALA DUNIA TANPA ITALIA ARGENTINA BELANDA

Tanpa Belanda Piala Dunia pernah berkali kali, tanpa Italia pun Piala Dunia pernah sesekali, tanpa kehadiran Argentina juga pernah terekam. Tetapi ketika tanpa ketiga negara ini, Piala Dunia tentu menjadi kurang bercerita. Apalagi jika Portugal pun gagal, maka Piala Dunia tentu akan berlangsung dengan banyak catatan.
Keempat raksasa sepak bola dunia ini, kini masih berdoa dan berharap cemas agar bisa lolos. Kepastian mereka masih menunggu diakhir waktu penyisihan. Mereka memang tak selalu menjadi unggulan FIFA jika pun hadir. Tetapi mereka hampir pasti menjadi diantara tim tim favorit juara.

Belanda pernah mengguncang dunia sepak bola diera Cruyff 1974 dan 1978 serta Gullit 1990 dan 1994, dengan keindahan bermainnya. Kala itu mereka hanya dikalahkan oleh takdir untuk tidak menjadi juara. Portugal pun pernah memiliki segala syarat untuk juara diera Eusebio 1966, tetapi itu terjadi dimasa Brazil begitu adidayanya dalam bersepak bola.

Italia tentu bagian dari kehebatan sejarah Piala Dunia, seperti halnya Argentina. Final Italia vs Brazil 1970 terekam sebagai laga sepak bola terbaik dalam sejarah. Bersama Brazil dan Jerman, Italia head to head mencetak rekor juara. Italia pun menjadi kekuatan yang paling sering mematahkan dominasi Jerman di Piala Dunia.

Argentina pernah memunculkan maha bintang dunia dipentas 1986, Diego Armando Maradona. Teatrikal sepak bolanya kala itu, sangat menyihir publik dunia. Gol kontroversial dan gol fenomenal dunia, terjadi pada 1986 melalui tangan dan kaki seorang Maradona. Tidak seperti saat juara 1978 yang sangat dipertanyakan, juara 1986 bagi Argentina adalah ‘keharusan’ sejarah.

Tentu publik berharap keempat negara ini bisa memanaskan pentas olah raga terbesar di muka bumi Piala Dunia 2018. Khusus untuk Belanda tentu publik harus bersiap untuk menerima ketidakhadiran Belanda. Sementara Italia Argentina dan Portugal masih menyisakan asa besar untuk bisa berlaga di Rusia.

KEJUJURAN DAN KEBOHONGAN

Dalam kehidupan, adalah lumrah, ketika kebohongan melangkah dan berjalan. Kebenaran terkadang tersingkir dari jalan waktu. Tapi jam waktu kebenaran akan menghentikan detik detik kebohongan.
Kebohongan sering mengubur diri, menimbun dengan onggokan kebaikan semu. Tapi hujan kebenaran akan turun mengerosikan onggokan kebaikan semu. Dan waktu akan menampakan kebohongan yang berjasad pias ketakutan.

Kerap kebaikan harus diperbuat untuk menutupi kebohongan. Karena seorang penipu dapat memperdaya korbannya, bukan oleh tipuannya, melainkan oleh senyumnya yang membuat kita terpana hingga terperdaya.

Manusia dibenarkan bukan oleh ucapannya, karena ucapan kerap melompat melampaui batas realita. Maka ukur dan takar bagaimana seseorang menjalankan keimanannya. Dari buahnyalah kita mengetahui sebuah pohon. Karena dunia sangat menggoda, hingga kita sering harus berdusta.

MENGALAHKAN TERORIS TETAPI KALAH OLEH KORUPTOR

Euforia dan histeria keyakinan meriuhkan jagat kehidupan bangsa ini, pasca aksi teror bom di jalan Thamrin beberapa waktu lalu. Kita bangga dan yakin karena telah mengalahkan teroris ketika itu, bahkan ketika itu viral kebanggaan ‘kami tidak takut’. Hampir tidak ada celah bagi pelaku teror untuk bebas dari jerat hukum.
Aksi teror tidak mungkin tersembunyi, pasti terekspos dan memberita serta mendunia. Tetapi ingat, tidak setiap saat aksi teroris bisa terjadi. Kita sebagai rakyat dan pemerintah, sangat bisa bersatu sepakat mengalahkan teroris.

Bagaimana kita menghadapi dan melawan korupsi? Rakyat tentu sangat marah dan melawan. Tetapi negara? Inilah yang belum terjadi, kekuatan dan cara cara melawan teroris, belum diaplikasikan untuk melawan koruptor. Padahal korupsi adalah kejahatan mega teror dibidang ekonomi.

Pembentukan KPK dan dana milyaran rupiah, bisa tidak akan mungkin dapat mengalahkan kejahatan korupsi. Tidak seperti teror oleh teroris, korupsi bisa terjadi setiap hari dengan banyak pelaku, dengan bersembunyi dan tersembunyi.

Hanya satu cara untuk mengalahkan korupsi, HUKUM MATI para koruptor, tidak bisa dengan cara lain. Selama koruptor tidak dihukum mati, maka korupsi tumbuh subur di Indonesia dengan semboyan “patah tumbuh hilang berganti”.

Sungguh, Indonesia telah dikalahkan dan bertekuk lutut menghadapi kejahatan korupsi. Semua logika dalam hidup, telah dan mungkin bisa terjadi di Indonesia. Hanya satu yang mustahil bisa terjadi dan dilakukan, yaitu MENGHUKUM MATI KORUPTOR. Itulah mengapa, semboyan para koruptor di Indonesia adalah KAMI TIDAK TAKUT BERKORUPSI.

NIKAH SIRI ( TANPA DOT COM )

Kita hidup di negara dimana perundangan perkara hukum muamalah Islam memiliki payung hukum, satu diantaranya perihal pernikahan. Kita memiliki institusi KUA, untuk memfasilitasi pernikahan bagi umat Islam. Yang melindungi pernikahan dibawah hukum legal yang mengayomi melindungi para pelaku pernikahan.
Jadi tidak pada tempatnya jika pasangan pernikahan memilih menikah siri dalam artian tidak melalui KUA. Jika ada yang legal dan melindungi, tetapi memilih cara dan jalan berbeda, lalu apa motivasi alasannya? Untuk berdusta atas nama cinta? Untuk bersembunyi didalam kegelapan cinta?

Kita bukan hidup ratusan atau seribu tahun lalu. Kita hidup diera dimana ada hukum yang memfasilitasi dan melindungi hukum pernikahan secara terang. Segala persoalan yang timbul dari pernikahan legal, masyarakat dan negara bisa terlibat dan mengayomi. Kemana mengadu bagi pasangan pernikahan siri jika menjadi korban akibat negatif yang timbul dari pernikahan diam diam?

EGY MAULANA VIKRI, THE RISING STAR

Aksi sihir sepak bola Diego Armando Maradona saat jayanya tidak perlu diperdebatkan, dia mampu melakukan tehnik bermain yang belum tentu bisa diperbuat pemain lainnya. Ciri khas yang begitu melekat dari seorang mega bintang sepak bola, adalah seringnya membuat gol dengan cara atau proses yang sulit dan indah.
Selain Maradona, ada dua nama lain yang tidak berlebihan kita sebut sebagai penyihir dalam bersepakbola, Lionel Messi dan Christiano Ronaldo. Drible bola mereka dan cara mereka membuat gol, tidak bisa sering diperbuat pemain lainnya. Ketiga nama ini, sangat layak ditasbihkan sebagai mega bintang sepak bola dunia, dalam hal skill individu. Dan tentu pula kontribusi bermain bagi timnya.

Egy Maulana Vikri rising star kita, tentu bukan dan jauh dibanding Maradona Messi atau CR7. Tetapi cara Egy mencetak gol, begitu sering melalui proses teknik tinggi. Maka asa dan kebanggaan sepak bola kita, tidak berlebihan ekspektasi kita tambatkan kepada seorang Egy Maulana. Dalam konteks kehebatan bermain, kita tidak ragu, untuk kelas Asia pun, diusianya, apa yang diaksikan Egy dalam bersepakbola bola layak membuat Asia terpana.

Egy memiliki talenta kuat untuk bisa menjadi bintang secara individu, yang jika ini menjadi nyata, tentu akan berkontribusi bagi persepakbolaan kita. Tetapi, semua itu kembali terpulang kepada waktu dan perjalanan karier. George Weah, Rabah Madjer, Vitaya Laohakul, Cah Bun Kun hingga Park Ji Sung adalah bintang besar yang berasal dari negara dunia ketiga sepak bola, dan bersinar terang karena berkarier di kiblat sepak bola dunia, Eropa.

HAORNAS, KEMANA OLAHRAGA KITA

Sejak Presiden Soeharto, mencanangkan 9 September sebagai hari olahraga nasional, pada 1984 di stadion utama Senayan, yang kala itu ditandai dengan laga sepakbola penuh gengsi, Yanita  Utama Bogor juara Galatama kontra PSMS Medan juara perserikatan, prestasi olahraga Indonesia penuh dengan catatan apresiasi dan koreksi.

Secara umum, prestasi kita belum sampai ke puncak impian. Stagnan jika indikasinya raihan medali di Olimpiade atau Asian Games. Jika data Sea Games jadi acuan, maka bisa kita baca sebagai sebuah keprihatinan yang besar. Pada beberapa cabang olahraga yang populer, prestasi kita belum juga bisa melewati batas pengharapan.

Sepakbola cabor terpopuler, belum pernah melewati batas keinginan kita. Lolos piala dunia, finalis Asia, juara AFF pun masih sebatas bayang di angan. Bulutangkis cabor paling melegenda, kini memiliki grafik penurunan yang tajam. Ketika negara negara lain terbangun dan keluar dari mimpi, kita malah seperti terbuai belaian prestasi masa lalu, hingga kita tertidur dan terperangkap mimpi.

Mengembalikan kejayaan yang telah lama hilang, membangunkan prestasi yang kini masih di alam impian, melangkah gagah melewati batas pengharapan, adalah asa olahraga yang sudah seharusnya bisa kita capai. Kemiskinan Korea Utara yang bisa lolos ke World Cup atau pencapaian Irak yang juara Asia, ditengah kehancuran negara tanpa kompetisi sepakbola, harus menyadarkan kita, bahwa kita memiliki lebih segala untuk bisa menciptakan prestasi tinggi.

SESAL TIADA GUNA

RinduNYA berkejaran dalam waktu, doa merintih beribu ucap, cinta segala wujud dido’a sujud, hingga takdir menutup akhir.
Saat  kita berselubung kabung, usah takut kala maut menjemput, tak satu sesuatu pun dapat luput, berdayakah berlari bila akhir menghampiri? 

Tiada ada yang tidak akan menghadapNYA, semoga ada waktu tersisa bagi nyawa dalam raga.

Bersesakan asa untuk mendahului waktu, Ketika nafas sesaat saja terlepas, Jerit pun tak bergaung dicekam sunyi, Jiwa pun terbujur kaku berselubung kafan.

Dosa bergemuruh dalam pesta riuh, maksiat menjerit lantang melaknat taubat, sholat sesaat tak jua diingat, do’a hanya ucap dalam hampa makna.

Bila kita terbujur diruang kubur, sendiri dalam sunyi saat menyesali, hidup yang sekali tak kita bekali, tergoda dosa terikat erat maksiat.

Menangis sesal di alam nan kekal, Mengingat hidup bergelimang maksiat, Ketika iman sekadar retorika lisan, Ingin andai hidup berulang kembali.

KEMATIAN DALAM SEPAKBOLA

Insiden mematikan yang tidak pernah kita harapkan, lagi kembali terjadi didunia sepakbola kita. Sebelum ini kita berharap, kepergian yang tak lagi kembali, yang dialami Ricko Andrian, adalah kali yang terakhir. Korban jatuh oleh kejahatan yang merusak sepakbola kita, tak lagi terbilang oleh jemari kita.
Dan tragedi mematikan terkini kembali terulang, di Bekasi 2 September 2017, Catur Yuliantoro, pergi oleh satu kesalahan yang tidak pernah dia perbuat. Kepergian Catur tentu sangat merobek asa dan rasa sepakbola. Air mata menjadi pertanda, isak menjadi cerita penyesalan. Tetapi itu tidak bisa memberi jawab apakah tragedi kematian ini adalah untuk kali terakhirnya.

Lama telah pecinta sepakbola membangun dengan segala upaya agar sepakbola lebih maju terdepan. Tetapi  hanya sesaat saja asa itu bak diruntuhkan oleh ego dan fanatisme tak bernalar. Kita berharap dan berdoa, agar kepergian yang tak lagi kembali seperti yang dialami korban oleh sebuah kejahatan yang merusak sepakbola, tidak boleh dan tidak lagi terjadi.

Apakah masih kita ingin menancapkan nisan permusuhan? Menggali lubang pusara kematian? Riko Andrian dan Catur, pergi dengan menangis oleh karena senyum kebencian kita. Saatnya kita buat mereka tersenyum, dengan tangisan penyesalan atas segala dosa permusuhan dan kebencian kita selama ini.

SEPAKBOLA SEA GAMES 2017

Memerahkan Sejarah dengan Seputih Doa

Cerita sejarah tengah diupayakan oleh Garuda muda kita. Mengulang kisah emas terakhir di Manila 1991, saat kita menang dalam final yang begitu dramatis dan mengaharukan. Semifinal kami telah datang, Malaysia pun akan menantang. Untuk satu pilihan, kalah atau menang.

Semoga cerita sejarah 1987 dan 1991 akan terulang. Seperti gol berkelas dunia Feby Haryadi lewat canon ball, yang mengulang cerita dan mengingatkan kita akan gol canon ball oleh Andrian ‘Bau’ Mardiansyah, yang juga ke gawang Kamboja, juga diajang Sea Games, pada 1999.

Semifinal yang (akan) keras dan panas, tidak sekadar soal kuantitas dan kualitas diatas pentas. Tapi tentang rivalitas yang tidak sekadar diatas kertas. Persaingan yang saling berbalas, untuk menjadi yang teratas, atas dua negara serumpun ras, yang hanya dipisah oleh garis batas.

Semifinal tentu bukan akhir tujuan, tetapi sebagai jalan yang harus bisa kita taklukan. Keras dan berat tentu dan pasti. Tetapi bukan sebuah kemustahilan untuk kita lewati. Ke final adalah keniscayaan, tetapi jelas butuh beratnya perjuangan.

Mengalahkan Kamboja adalah asa yang menjadi kenyataan. Tetapi bukan hasil tanpa catatan. Perlu perbaikan dan pembenahan. Fisik perlu penyegaran, emosi perlu lebih ditahan. Semangat juang minimal bisa dipertahankan. Semoga Malaysia bisa kita kalahkan. Semoga medali emas mimpi yang akan menjadi kenyataan.

JAWABAN UNTUK : ISLAM AGAMA SETAN

Islam diwahyukan untuk mengatur hidup umatnya agar memperoleh kebahagiaan hakiki pasca kematian. Untuk itu, Islam mengatur banyak hal kehidupan manusia. Bagi seorang muslim, sejak dilahirkan hingga wafat, maka tak pernah lepas dari aturan Islam. Dan segala ritual dan simbol religi dalam Islam, adalah dari perintah Allah, yang telah dicontohkan saat Muhammad SAW hidup di dunia. Bukan sesuatu hal yang dibuat oleh para ulama Islam.

Islam tentu bukan sistem hidup hasil berfikir Muhammad SAW, tetapi benar wahyu dari Allah yang disampaikan kepada Muhammad SAW untuk segenap manusia. Ketika seorang muslim mengerjakan ibadah sholat, maka ibadah tersebut telah pula dikerjakan oleh Muhammad SAW ketika beliau masih hidup. Ibadah sholat dengan doa dan gerakannya bukanlah hasil cipta dari ulama Islam. Begitu pula dengan banyak ibadah lainnya dalam agama Islam. 

Bahkan tempat ibadah yang dinamakan mesjid, fungsi dan namanya, sesuatu yang telah ada saat Muhammad SAW masih hidup. Hari keagamaan Islam yang merupakan hari Jumat pun, bukan rekayasa manusia, tetapi satu hal yang telah ada ketika Muhammad SAW masih hidup. KITAB SUCI Qur’an yang kini biasa dibaca oleh seorang muslim, telah ada dan juga biasa dibaca oleh Muhammad SAW, walau saat itu masih berbentuk lembaran lembaran. Qur’an bukan buah karya manusia atau hasil berfikir Muhammad SAW. 

Sebagai agama, Islam pun memiliki ikatan  yang erat dengan para Nabi terdahulu. Beberapa makanan haram yang tersebut dalam Taurat Musa, tetap diharamkan, tidak kemudian menjadi halal dimakan. Ajaran dari Ibrahim untuk memotong sebagian kulit kelamin anak lelaki atau sunat, tetap menjadi ajaran dalam Islam. 

Islam pun tetap mengikuti ajaran para nabi terdahulu yang menyembah hanya kepada satu Allah. Ajaran yang menyembah hanya kepada satu Tuhan, adalah ajaran yang juga disampaikan oleh para nabi sejak Adam Nuh Luth Ibrahim Musa Sulaiman Daud Ilyasa Yunus Zakaria Yahya hingga Isa putera Maryam. 

Islam sangat menghormati dan memuliakan para nabi. Islam memuliakan Sulaiman anak Daud, menghormati Daud yang ayah Sulaiman. Juga menghormati Nuh dan Luth. Dalam Qur’an tidak pernah ada cerita tentang perbuatan aib yang dilakukan oleh Daud Sulaiman Luth Nuh atau Ilyasa. Karena mereka adalah utusan Tuhan yang memiliki sifat terhormat dan mulia.

Ketika seorang muslim wafat, maka proses ritual kematian yang diantaranya dibungkus dengan kain kafan, adalah juga perintah Allah. Apalagi Muhammad SAW ketika wafat pun dibungkus dengan kain kafan. Seperti ketika Isa putera Maryam wafat, pun dibungkus dengan kain kafan. Islam bukan agama yang segala hukum dan aturan ibadahnya hasil cipta manusia.

Qur’an sebagai kitab wahyu dari Tuhan, berisi petunjuk aturan hidup, aturan ibadah dan sejarah para nabi utusan Tuhan. Qur’an juga bercerita tentang ilmu pengetahuan, yang belum diketahui oleh Muhammad SAW pada saat Qur’an diturunkan. Qur’an bercerita tentang proses penciptaan bayi dalam rahim wanita. Tentang proses air menguap, awan dan hujan. 

Qur’an juga bercerita, bahwa bumi dan benda benda langit berputar dan bergerak. Bercerita bahwa bunga bunga tumbuhan berkembang biak dengan perantara angin. Qur’an pun bercerita tentang diselamatkannya jasad Fir’aun yang mati tenggelam saat mengejar Nabi Musa. Sungguh tidak ada keraguan dalam Qur’an dan Islam.

MIKROFON PELUNAS HUTANG INDOSIAR

CINTA KESETIAAN SEORANG SUAMI

Realiti show ‘Mikrofon Pelunas Hutang’ Indosiar menghadirkan seorang lelaki luar biasa. Dengan ceritanya yang penuh air mata duka, Mad Husein tampil sebagai potret kesetiaan seorang suami terhadap istri yang dicintai. Dan itu teruji ketika sang istri menderita sakit kanker payudara. Tak ada niatannya untuk berlalu dari sisi sang istri. Genggaman tangannya tetap erat untuk dekat dan bersama sang istri.
Seperti lagu ‘Biarlah Bulan Berbicara’ yang pernah dipopulerkan oleh penyanyi bersuara emas Bob Tutupoly, dibawakan Mad Husein dengan penuh pesan dan menyentuh dibatas rasa. Penggalan lirik lagu, “Aku yang merasa, sangat berdosa padamu, masih pantaskah ku mendampingimu”, begitu sangat bercerita hinga menggugah rasa seorang Soimah yang sebagai juri.

Ujian kesetiaan memang bisa bukan saat kita sedang tertawa atau bahagia. Tetapi kesetiaan menjadi tantangan untuk bisa ditaklukan, ketika kita hidup saat terluka dan berderai air mata. Mungkin banyak kita yang tergoda dan takluk, mengingkari kesetiaan dan mengkhianati kepercayaan. Hanya mereka yang luar biasa yang tetap menggenggam erat sebuah kesetiaan.

Cinta menyatukan dua manusia, maka kesetiaan akan mengikatnya dalam kebersamaan dan waktu. Tetapi terkadang pengkhianatan datang menggoda. Ada diantara mereka yang ditaklukan, tetapi ada mereka yang bisa menaklukan. Maka carilah dia yang tidak hanya menggenggam tangan kita di dunia, tetapi bisa menggandeng tangan kita hingga kelak di surga.

PETA DUNIA, GEOGRAFI KEKUASAAN ALLAH

Bila kita mencermati peta dunia, sungguh nyata rancang bangun kekuasaan Allah adalah bukti kesempurnaanNya. Bukti kasihNya kepada umat manusia. Sejalan dengan substansi ayat Kursi al-Baqoroh 255. Bentuk geogorafi bumi kita bukanlah sebuah kebetulan dari proses alam, tapi kesengajaan dari kekuasaan dan kemurahan ALLAH.
DIA merancang daratan yang sempit antara laut Merah dengan laut Mediterania, agar manusia dapat dan mudah membangun terusan Suez. Tak terbayangkan sulit dan mahalnya kehidupan umat manusia andai tidak ada terusan Suez, karena pelayaran harus mengelilingi benua Afrika melintasi Tanjung Harapan. 

Laut sempit ini pula, yang pernah memperlihatkan kekuasaan Allah, melalui mukjizat kepada Nabi Musa as, dengan terbelahnya air laut, agar Nabi Musa dan umatnya dapat melintasinya dari kejaran Fir’aun. Dan dikemudian hari, manusia menggali daratan sempit ini, agar dapat melintasi untuk pelayaran. 

DIA pun merancang hal yang sama ketika menciptakan benua Amerika, hingga mengecil pada bagian tengah, dan memudahkan manusia membangun terusan Panama. Andai tidak ada, tak terbayang berapa mahal biaya kehidupan, karena lalu lintas pelayaran lebih jauh harus melewati selat Ferdinand de Maghelan diujung selatan Argentina. 

Begitu pula, ada ayat ayat kebesaran ALLAH dengan diciptakannya laut sempit, selat Jabal Thoriq, selat yang pernah dilintasi oleh salah satu jenderal militer Islam paling disegani pada abad 8 masehi, saat mengislamkan Spanyol dan Portugal, Thoriq bin Ziyad, yang memisahkan Afrika barat dengan semenanjung Iberia Eropa barat. Tanpa selat ini, maka terusan Suez akan kurang bermanfaat bagi pelayaran dunia. 

Dan bila kita merenungkan adanya selat Dardanela dan Bosforus di Turki, selat saksi bisu saat Sulaiman Agung menaklukan Konstantinopel Romawi Timur, atau selat Bering pemisah Rusia dengan Alaska, maka sungguh ada keajaiban dari rencana Allah dalam menciptakan permukaan bumi.

Dalam konteks penciptaan alam, banyak ayat ayat Qur’an yang terkait dengan itu, diantaranya firman Allah, “Sungguh pada penciptaan alam, ada tanda tanda kekuasaan Allah, bagi kaum yang mau berfikir”. Maka, dengan memikirkan merenungi dan mencermati peta dunia pun, kita dapat kian dekat kepada Allah.

AIR MATA BOCAH YATIM

Babelan petang itu bercerita dalam duka yang menumpahkan air mata. Amarah telah mengoyak nurani kemanusiaan. Dan kita tak akan pernah bisa menemukan kata kata pembenaran di kamus rasa kemanusiaan, atas aksi yang apa disebut sebagai sangat biadab.

Api anarki benci dari para pelaku tanpa jiwa agama, telah membakar raga ayah dari bocah tanpa dosa Muhammad Alif Saputra. Amarah telah menumpahkan darah yang memerah. Langit biru tersedu dalam haru, mega pun merintih dalam hujan air mata. Bumi pun berduka tak bersuara dalam sunyi.

Kata kata apa tak bisa lagi kita untuk berkata kata, atas anarki yang telah melampaui dibatas rasa dan hati. Kebenaran hakiki tak akan pernah bisa mata kita untuk melihatnya. Karena kebenaran bisa disembunyikan dalam gelapnya dunia. Dunia seolah tak kuasa lagi berjalan memikul dosa dosa kita.

Dia yang telah pergi tak lagi bisa kembali. Bocah yang telah yatim itu tak lagi bisa memanggil ayahnya. Masihkah anarki dan petaka ini terulang lagi nanti? Haruskah api amarah dinyalakan untuk membakar? Kita yang berduka hanya bisa berdoa, karena doa akan menemukan kebenaranNYA.

TAHTA HARTA CINTA DUSTA

TAHTA HARTA CINTA DUSTA

Inilah bait bait yang bercerita

Bukan canda bukan berita dusta

Cinta terlarang pada dunia nyata

Satu rumah kasih dua atap cinta
Janji bersua hanya berdua 

Dalam cinta yang mendua

Pria bukanlah duda

Wanita bukanlah janda
Karena cinta mereka terlena

Cinta membuat lupa dan buta

Cinta dunia begitu menggoda

Tahta harta rupa penuh cerita
Pria masih memiliki isteri

Perempuan pun bersuami

Ketika cinta terlarang dibagi

birahi tersembunyi pun diberi
Kekayaan adalah ujian kehidupan

Bisa dekat kepada kemaksiatan

Kecantikan karunia ciptaan

Bukan nikmat untuk dipamerkan
Ingatlah datangnya kematian

Ketika wajah tertutup kafan

Kala jasad dibawah kuburan

Saat tiada guna penyesalan
Menangislah merenungi kehidupan

Agar tersenyum dalam kematian

Atau tertawa oleh dunia sesaat

Dan menangis sesal di akhirat

DAMAI BOBOTOH JAKMANIA

IMPIAN ALMARHUM RIKO ANDRIAN 

BOBOTOH JAKMANIA, BERSEPAKAT BERJABAT ERAT MENGIKAT

Sejarah suporter sepakbola Indonesia, harus segera melakukan lompatan kemanusiaan sangat besar, ketika bobotoh dan the Jakmania, bersepakat dan berjabat saling mengikat dengan erat.

Semoga, sisa dendam dapat diredam. Permusuhan dapat diluluhkan, pertikaian tidak lagi berkelanjutan. Jangan lagi ada luka yang dibuka. Jangan lagi pernah amarah dan darah memerah tertumpah. 

Semoga ketika bobotoh dan the Jakmania duduk bersisi, maka emosi bukan lagi amunisi. Dengan berjalan beriringan dan berdampingan, lebih segera kita sampai ditujuan. Dibanding berhadapan dan berseberangan hingga bertabrakan yang melukakan.

Masihkah arogansi kekonyolan dan kebodohan ini diteruskan? Akankah ingin menambah banyak pusara mendiang Rangga dan Riko Andrian? Dan kembali menancapkan batu nisan permusuhan? Jika kebodohan dan kekonyolan ini tak bisa juga didamaikan, maka sepakbola untuk laga tertentu yang krusial tanpa penonton bisa menjadi sebuah solusi.

FITNAH DUNIA DIAKHIR MASA

Hal fitnah itu semisal seseorang yang dibebankan tuduhan menumbangkan pohon besar. Bukankah dia tak memiliki kapak? Dengan apa menumbangkannya? Bukankah dia telah menempuh jalan jauh, dan tak sebatang pun ranting kecil di jalan yang pernah dipatahkannya.
Bergemuruhlah fitnah dari ujung ke ujung. Hingga kita seperti sukar membedakan kejujuran dan dusta. Maka kecelakaanlah bagi mereka yang tidak bertawakal kepada Allah dalam mendengar dan melihat.

Maka tiba pula masa, ketika kejujuran semisal seseorang yang dipaksa diikat lalu ditenggelamkan ke lautan dalam. Tetapi orang banyak takjub dan berkata, “Lihat dia yang ditenggelamkan telah berdiri kembali diatas puncak gunung”.

Maka, itulah masa dimana kejujuran didustai, dan dusta dibenarkan. Maka kecelakaanlah bagi mereka yang percaya dengan dusta, dan enggan mendengar kejujuran. Maka ujilah perkataan, bagaikan pedagang yang menimbang emas diatas neraca.

Ketidakadilan pun meriuhkan zaman, semisal seseorang pekerja yang dengan letihnya menyelesaikan pekerjaannya, tetapi tidak diberi hak upahnya. Dan orang yang berpangku tangan tak berbuat, diberi upah yang bukan haknya. Maka tegakanlah keadilan sekali pun terhadap seorang musuh.

Tiba pula masa, ketika kemaksiatan dibiarkan, seperti seorang ibu yang membiarkan anak balitanya bermain ditepian sungai. Dan membenci kebenaran, seperti seseorang yang diberi keleluasaan melampiaskan dendamnya, kepada musuh yang sudah terkulai.

Maka tetaplah menyeru kebenaran, hingga tiada lagi orang yang mau mendengarkan kecuali diri kita sendiri. Maka jangan pernah hilang asa dan berduka dengan dunia. Karena kelak ada kehidupan abadi, ketika api dinyalakan dengan sangat membakar. Dan ada pula naungan kasihNYA hanya bagi orang orang terpilih.

GENTING

Jangan ragu, Pancasila itu dasar negara, warga yang dalam hatinya pun tidak mengakui palsafah Pancasila, pasti secara lahiriah akan tetap taat dan tunduk kepada aturan negara. Sama seperti pemeluk agama X, dalam hatinya bisa saja tidak mengakui agama Y, tetapi yang penting secara lahiriah saling mengakui dan menghormati. Dan hati, pikiran juga keyakinan tidak bisa didakwa dihukum. Jadi tidak perlu mempermasalahkan dan mengkhawatirkan Pancasila sebagai dasar negara. 
Apa pun latar seorang WNI, rasanya mayoritas akan dan tetap mendukung menginginkankan Indonesia tetap NKRI. Tidak ada alasan untuk membuat Indonesia pecah. Jangan mengambil contoh Irak Afghanistan Suriah Yaman Yugoslavia atau Uni Soviet. Karena mereka ya mereka, sedang Indonesia adalah kita. Jangan seolah olah kitalah yang paling pejuang menjaga NKRI. NKRI itu sudah harga mati, tidak perlu jadi isu kekhawatiran.

Intoleransi? Jika ada masif dan tumbuh subur, mungkin gereja Katedral sudah roboh. Dan mungkin masjid Istiqlal tidak dibangun berhadapan dengan Katedral. Dan mungkin jutaan muslim tidak berwisata ke Borobudur Prambanan. Adakah kasus terkini korban pembunuhan karena motivasi beda agama? Yang ada malah teroris muslim membunuh melukai polisi yang juga muslim sedang sholat.

Adakah ormas yang membunuh karena perbedaan agama? Adakah ormas yang platformnya kekerasan? Jika ada ormas yang pernah melakukan kekerasan, pasti lebih dari satu ormas, kekerasan karena persaingan bisnis atau sentimen antar individu. Dan itu bisa diselesaikan oleh aturan hukum.

Pikirkan dan renungkan, sudahkah situasi segenting yang dikhawatirkan? Lebih tujuh dekade Indonesia merdeka, dan terbukti Pancasila tetap dasar negara. Dan NKRI tetap utuh bersatu. Jika pun Timor Timur lepas, kemudian pernah ada gejolak di Aceh dan Papua, bukan oleh sebab ormas ormas yang dikhawatirkan.

TERORIS BUKAN JIHAD BUKAN ISLAM

Pelaku teroris sepertinya harus diinterogasi oleh MUI, ditanya alasannya apa dan mengapa. Aneh saja jika aksi mereka atas nama dan berangkat dari semangat jihad. Dan sangat aneh jika masih saja ada orang yang bisa dan mau direkrut menjadi teroris. 
Bisa jadi aneh, karena :

1. Ada yang jelas dituduh menghina Islam, tetapi tetap aman dan sehat wal’afiat.

2. Banyak yang dituduh menghina ulama, juga tetap aman dan sehat wal’afiat.

Lah, polisi muslim sedang sholat didalam masjid, bisa bisanya kok yang menjadi sasaran untuk diserang dilukai. Ini logika jihadnya dimana? Ingat dengan bom dalam masjid di Polres Cirebon beberapa tahun lalu, ini juga logika jihad yang sangat ngawur. Apalagi andai benar, konon pelaku teror akan membom cafe restoran dan gereja, ini sama sekali tidak bisa dikaitkan dengan jihad.

Jelas aksi pelaku tersebut adalah kriminal murni, bukan jihad. Jika pelakunya tewas oleh bom atau ditembak polisi, jelas akan masuk neraka jahanam dan kekal. Sesuai dengan sabda Nabi SAW bahwa orang yang mati dengan cara bunuh diri atau membunuh manusia, akan kekal dalam neraka.

Apalagi jika alasan menyerang polisi karena dendam, sangat bukan lagi jihad. Itu kriminal yang sangat konyol. Ali bin Abi Tholib ra, pernah di perang jihad nyata, hampir bisa membunuh musuhnya, tetapi saat pedang akan ditebas, musuh meludahi Ali ra, hingga tidak jadi dibunuh hanya karena khawatir Ali ra membunuh karena dendam diludahi.

INTOLERANSI DAN ANTI KEBHINNEKAAN, ADAKAH?

Isu yang meriuhkan Indonesia, yang secara fakta bisa jadi tidak ada, dan sepertinya memang tidak ada. Tetapi untuk suatu kepentingan, isu ini seperti diblow up, sehingga dirasa bahwa bangsa ini sedang darurat intoleransi dan marak anti kebhinnekaan.
Hingga terkadang dibuatlah pesan iklan toleransi untuk diviralkan. Tapi alih alih untuk mengkampanyekan hidup toleransi, yang ada malah dikhawatirkan menjadi kontra produktif.

Diakar rumput, kita bisa menemukan fakta, perbedaan yang memang nyata, tidak ada membuat kita menjadi anda dan aku. Justru anda dan aku tetap menjadi kita, sejak dahulu hingga kini, dan tentu seperti itu harapan kita kedepannya.

Saat beberapa kali aksi berjuta umat digelar disekitaran masjid Istiqlal Jakarta, adakah tumbuhan yang terinjak di halaman gereja Katedral? Rubuhkah pagar gereja Katedral? Gedung Katedral dan bangunan Istiqlal nyatanya tetap berhadapan saling senyum dan melambai. Dimana fakta intoleransi ada?

Di Papua, di Bali, di Bangka Belitung, di Aceh, secara umum adakah perbedaan membuat kehidupan berbatas? Berdinding? Berkotak kotak? Berdarah darah? Lalu adakah fakta untuk menguatkan kita sebagai bangsa sedang darurat intoleransi dan anti kebhinnekaan?

Kita berharap, kegagalan dan patahnya ambisi kepentingan politik, tidak digeser menjadi isu seolah sedang darurat intoleransi dan anti kebhinnekaan. Masyarakat secara umum kita lihat dan rasa, hidup melambai dan bergandengan tangan.

Stop isu dan provokasi seolah kita sedang darurat intoleransi dan anti kebhinnekaan. Peristiwa politik harus dilihat tetap dalam konteks politik. Istiqlal, Katedral, Borobudur, Prambanan, Pura Besakih tetap berdiri kokoh. KH Hasyim Ashari, Christina Martha Tiahahu dan I Gusti Ngurah Rai, tetap menjadi pahlawan Nasional kita.

PERGINYA KEKASIH HIDUP

PERGINYA KEKASIH HIDUP

Hanya tinggal sesaat saja waktu akan berlalu, kebersamaan ini pun berakhir telah. Dia memang selalu datang lalu pergi. Dia memang akan datang dan berulang. Tetapi apakah kita masih bisa diberi waktu oleh DIA jika dia kembali datang?

Berbahagialah kita yang merindukan bila dia datang, bercengkerama dalam kesyahduan ridoNYA. Bergumul dalam kekhusyuan memeluk maghfirohNYA. Waktu itu memang hanya sesaat datang dan diberikan olehNYA untuk umatNYA yang terpilih.

DIA memberi hitungan kebaikan yang tak terbilang untuk kita. Memberi keluasan ampunan yang tak terukur oleh kesanggupan kita. Bahkan dalam satu hari diwaktu kedatanganya, ada ukuran dan takaran yang bisa melebihi seumur hidup kebaikan kita.

Dibawah ketinggian langit biruMU, kami selalu merindukan kedatangannya. Di kesenyapan malam rahmat, kami mencium bumiMU. Begitu banyak yang kami pinta dalam bisikan doa. Kami memang melakukan banyak kekurangan padaMU, tetapi sungguh ampunanMU menutupi kekurangan kami.

WAKTU YANG MEMBATASI

Kekuasaan memang bisa berdusta dan mengalahkan, ketika menindas yang lemah yang tanpa daya, hingga berkuasa dengan merajalela, tetapi kekuasaan bukanlah tirani yang tak berujung. Karena waktu muncul sebagai kekuatan yang bisa mengalahkan. Bukankah waktu selalu memberi batas dan bisa mengakhiri segala yang ada?
Dunia memang tempat untuk bersembunyi, karena segala dusta bisa dibuat lalu disembunyikan. Tetapi waktu, lagi lagi menjadi kekuatan, karena waktu bisa memberi tahu apa yang tersembunyi. Apa yang sekarang adalah disembunyikan, maka oleh waktu, nanti atau kelak akan diperlihatkan.

Perlukah dan haruskah kita arogan ketika memiliki kekuasaan? Haruskah kita berdusta untuk menjadi pemenang yang sementara? Keadilan memang bisa dibuat menjadi ketidakadilan. Tetapi sungguh, arogansi dusta dan ketidakadilan selalu meninggalkan jejak jejak di jalan waktu. Jejak itu akan dilihat dan diingat dalam hitungan waktu.

Waktu selalu bisa mengubah, dan kita telah dan selalu belajar dari waktu yang telah berlalu. Waktu bisa memutar roda kehidupan tentang atas dan bawah. Waktu bisa mengubah tentang kuat dan lemah. Waktu pun membuat gelak tawa menjadi tangisan lara. Jika kita akan dikalahkan oleh waktu, dan pasti akan kalah, masihkah kita berpura pura lupa bahwa waktu kelak akan mengalahkan.

SUBYEKTIFITAS DITENGAH KEGADUHAN SOSIAL

Kita tidak mungkin bisa netral dan obyektif, menghadapi situasi kondisi sosial yang kini paling masif terjadi di Indonesia, pasca reformasi. Sentimen politik dan keagamaan, adalah kolaborasi kuat yang bisa memaksa seseorang untuk ikut arus rasa subyektifitas tersebut.
Apa pun latar dan motifnya, rasa suka atau tidak suka pasti ada seminimal apa pun, terhadap fihak A B C atau D. Sifat subyektifitas yang muncul dalam diri, akan menunjukan dan mewakili siapa kita ini. Tetapi sifat subyektifitas tersebut sebagai manusia, harus dicarakan diterjemahkan secara elegan dan proporsional.

Apalagi jika kita berpendidikan tinggi, sangat tidak elegan jika ketidaksukaan kepada salah satu fihak, diungkapkan dengan ucapan atau tulisan yang tidak berpendidikan, yang bisa kian meriuhkan dan menggaduhkan situasi kondisi. 

Tetapi kita yakin, akan selalu ada solusi yang baik atas setiap permasalahan yang muncul untuk menyelesaikannya. Andai pun solusi itu belum bisa kita peroleh, maka waktu yang terbatas akan mengakhirinya sebagai solusi. Kehidupan dan kekuasaan di dunia bukanlah ruang keabadian, karena akan berakhir dan berganti. Sejarah telah membelajarkan itu untuk kita.

KETIKA MEDIA MENGUBAH

Era dan kehidupan, hampir tak bisa melepaskan diri dari media informasi dan komunikasi. Media telah membawa banyak perubahan besar dalam kehidupan. Media dapat membuat bingkai image di jendela kehidupan, inilah situasi yang terkadang membuat kita ada diposisi ambivalen terhadap eksistensi media.

Media dapat menjadi alat bagi promosi dan degradasi dalam kehidupan. Seseorang siapa pun dengan idealis berpretasi, bisa bukan apa apa tanpa blow up media. Seorang siapa pun yang oportunis, bisa menjadi segalanya berkat blow up media. 

Fenomena fakta demikian ada dilingkaran kehidupan ini. Oleh media, seorang dari antah berantah, dalam seketika dapat menjadi orang yang wah. Oleh media, ketinggian seseorang bisa saja dijatuhkan. Konspirasi dan rekayasa kehidupan bisa dibangun dengan media pun, bisa menjadi sebuah keniscayaan.

Media berada digarda terdepan bagi pembentukan sebuah opini dan perubahan. Tetapi Media, bukan untuk diingkari, juga tak perlu sangat diterpanai. Tapi disikapi dengan sebuah kritis dalam membaca, mendengar dan menyimaknya.

#SayNotForPlagiat

WARISAN

Setiap manusia tanpa terkecuali, dilahirkan dimana atau bagaimana pun, memang dengan tak pernah bisa memilih. Dan ini bisa disebut sebagai warisan dari sana, yang harus kita terima. Tetapi, DIA pun memberi kita warisan yang lebih, yaitu akal kecerdasan.
Sehingga warisan diawal kehidupan, yang kita tidak pernah bisa memilih dan menolaknya, tetapi kita sangat bisa dan memiliki hak prerogatif untuk mengubahnya dikemudian hari, dengan warisan akal kecerdasan yang kita peroleh.

Sehingga hidup pun berdinamika muncul dengan keragamannya. Seorang muslim yang terlahir dari keluarga muslim, tidak terpenjara untuk hidup terus dengan kemuslimannya, karena dia kelak bisa memilih menjadi seorang non muslim. Begitu pula, seorang yang terlahir karena warisan dari keluarga non muslim, kelak bisa pula mengubahnya menjadi seorang muslim. Karena kita telah dibekali warisan akal kecerdasan, untuk bisa mencari tahu tentang kebenaran jalan hidup.

Kita yang terlahir dengan warisan tanpa sehelai benang pun, kelak bisa hidup dengan memilih berselimut pintalan benang yang menutup aurat tubuh. Tetapi, bisa pula kita memilih untuk hidup dari hasil tanpa sehelai benang pun. Kita yang terlahir tanpa apa apa, kemudian karena akal bisa memiliki segala apa apa, atau bisa pula hidup tidak memperoleh segala apa apa.

Asal hidup memang warisan dari DIA yang tanpa pernah bisa kita pilih,   tetapi DIA pun memberi warisan berupa akal kecerdasan kepada kita, agar dengan itu kita bisa mengubah warisan awal hidup. Karena setiap kita, kelak pasti akan mempertanggungjawabkan tentang jalan hidup di dunia yang bisa kita ubah, saat disidang pengadilan akhirat dihadapan DIA.

Seorang muslim diwajibkan, untuk menghargai dan menghormati segala perbedaan, karena kebhinnekaan memang adalah sunatullah warisan dari DIA. Itulah mengapa seorang Abu Lahab yang non muslim dan jelas memusuhi Islam, tidak pernah mati dibunuh oleh kaum muslim dizaman Nabi.

Atau dizaman terkini, Ahok yang divonis melalui pengadilan legal dibawah konstitusi, dinyatakan bersalah menistakan agama Islam, tidak pernah mengalami kekerasan fisik karena dugaan kesalahannya. Karena memang Islam tidak mengajarkan demikian. Lalu jika muncul tragedi ‘bom panci’ yang mematikan, maka harus ditanyakan langsung kepada para pelakunya, kenapa alasannya? Jangan mencari jawabannya dalam ajaran Islam.

Semangat menghormati kebhinnekaan dan toleransi hidup, harus terus dibangun. Dan telah ada dan dicatat dalam ajaran dan sejarah Islam. Toleransi juga termasuk menghargai hak hak pemeluk suatu agama, untuk membela atas perlakuan seseorang yang diduga telah menistakan suatu agama, untuk diproses secara hukum. Dan aksi tuntutan itu tentu saja sama sekali bukan bentuk anti kebhinnekaan. Bentuk toleransi juga bisa diterjemahkan dengan bagaimana kita mengelola tentang ucapan perbuatan dan kebijakan kita, untuk tidak menyinggung keimanan seseorang yang sangat sensitif.

ALFATIHA DALAM SHOLAT YANG TUMANINAH

Membaca fatiha dalam sholat adalah syarat sah, sangat jelas berdasar hadits sangat shohih dari Bukhori dan Muslim. Yang unik dan mungkin luput dari keingintahuan kita adalah, mengapa surat Fatiha saat dibaca perlahan, seperti rokaat 3 dan 4 dibaca dengan cepat, bahkan ada yang dibaca dengan durasi sangat cepatnya.
Sementara pada saat dibaca nyaring semisal Subuh, Fatiha dibaca dengan tartil ayat per ayat. Adakah hadits yang memerintahkan perbedaan cara membaca tartil saat dibaca nyaring, menjadi dibaca cepat saat dibaca perlahan? Tentu saja jelas tegas tidak akan pernah ada dalilnya.

Secara umum dalilnya sangat rajih, membaca Qur’an harus tartil dan ayat per ayat, berdasar Qur’an dan hadits shohih. Jika tidak ada dalilnya, mengapa ada perbedaan durasi cara membaca, yaitu tartil saat dibaca nyaring menjadi cepat hingga sangat cepat saat dibaca perlahan?

Persoalannya bisa jadi karena perbedaan dibaca dengan suara nyaring dan perlahan. Dengan dibaca nyaring tentu terdengar oleh makmum, maka imam memiliki rasa ranggung jawab untuk membaca dengan tartil dan benar.

Ketika dibaca perlahan, karena tidak terdengar oleh makmum. Maka bisa saja rasa tanggung jawab itu berkurang. Toh kekeliruan karena sangat cepatnya membaca, tak akan terdengar oleh makmum.

Padahal kita sangat faham, bahasa Qur’an memiliki aturan tata cara baca yang khas. Ada panjang pendek, dan pelafalan makhroj yang benar. Karena banyak huruf Qur’an yang hampir mirip bunyinya, semisal jim zay zho, dal dzal, tsa sin syin shod atau alif ‘ain.

Durasi baca yang sangat cepat, tentu sangat rentan terpeleset dalam aturan berdasar ilmu tajwid. Apalagi seorang imam harus memahami, ada banyak makmum dibelakang dengan level kebisaan yang berbeda dalam membaca Qur’an. Sementara dalil bahwa ‘bacaan makmum ditanggung oleh imam’ adalah hadits dhoif.

Marilah kita budayakan dan biasakan, membaca Fatihah saat dibaca perlahan dalam sholat, dibaca persis sebagaimana membacanya pada rokaat nyaring, semisal rokaat pertama dan kedua sholat Maghrib dan Isya, tartil ayat per ayat. Walau makmum tak mendengar, bukankah Allah maha mendengar?

Andai membaca Fatiha boleh dan bisa dengan super cepat, mengapa ada sebagian imam mempraktekannya hanya saat dibaca perlahan? Mengapa tidak dipraktekan saat dibaca nyaring yang didengar makmum?

Jika kita belajar dan merenungi serta memahami hadits hadits shohih seputar tata cara sholat, maka kita bisa saja sering menangis, melihat tata cara sholat yang mungkin biasa kita kerjakan.

Hadits atsar shohih menceritakan, sahabat Nabi, Hudzaifah ra, melihat seseorang sholat dengan cepatnya, dan ditanya, “Sudah berapa lama anda sholat?”, jawab orang tersebut, “Sudah bertahun tahun”. Maka jawab Hudzaifah ra, ” Anda belum sholat, jika anda wafat maka wafat diluar ajaran Muhammad SAW”.

Ibadah sholat tentu diterima tidaknya disisi Allah, kita tidak akan pernah tahu. Tetapi kita sangat tahu, syarat ibadah diterima adalah niat ikhlas karena Allah, dan kaifiatnya berdasar yang diajarkan Nabi. Jika caranya saja secara kasat mata sudah tidak mencontoh sunah, masihkah kita optimis berkata, “Soal ibadah sih, urusan kita dengan Allah, diterima tidaknya ya hanya Allah yang tahu”.

Berapa lama durasi berdiri Nabi saat sholat? Menurut hadits shohih riwayat Muslim, dari Abi Sa’id Alkhudri, “Saat sholat Zhuhur, di rokaat 1 dan 2, Nabi berdiri kira kira selama membaca surat Assajadah. Sedangkan durasi lama berdiri rokaat 3 dan 4, setengah dari lama berdiri rokaat 1 dan 2. Saat sholat Ashar, durasi lama berdiri rokaat 1 dan 2, setengah dari lama berdiri rokaat 3 dan 4 saat Zhuhur. Dan rokaat 3 dan 4 setengah lama berdiri rokaat 1 dan 2.

Bayangkan ! Durasi lama berdiri Nabi saat rokaat 1 dan 2 Ashar hanya setengah dari durasi lama berdiri rokaat 3 dan 4 Zhuhur. Ini pesan sangat jelas bahwa saat Nabi membaca fatiha di rokaat 3 dan 4, tidak dibaca cepat apalagi sangat cepat. Dan dari beberapa hadits shohih, boleh membaca surat lainnya sesudah Fatiha pada rokaat 3 dan 4.

#SholatTumaninah

#BacaQuranTartil

BOM BUNUH DIRI, JIHAD DAN ISLAM

Setelah ‘vakum’ tanpa teror, teror (itu) kembali mengguncang rasa dan emosi kemanusiaan. Serangan serius dan mematikan (kembali) menyasar jantung Jakarta. Darah kembali berceceran, nyawa pun menghilang.

Pelaku memang belum teridentifikasi. Tetapi, belajar dari insiden semisal ini, pelaku pada akhirnya selalu mengklaim dan mengusung simbol keIslaman. Saatnya kini, seluruh muslim satu dalam sepakat, mengutuk mengecam aksi biadab tidak beragama ini. Tidak boleh umat Islam bersikap dua kaki dalam menyikapi insiden ini.

Umat muslim tidak boleh terpana, oleh klaim simbol Islam yang (selalu) diusung pelaku teror. Biarkan fihak keamanan bekerja dan mengungkap para pelaku. Siapa dan apa pun alasan pelaku (nantinya), tidak bisa menjadi justifikasi untuk bersimpati terhadap para pelaku.

Agenda para pelaku dengan insiden semisal ini di Indonesia, apakah berhasil selama ini? Negara Islam? Syariat Islam? Siapa yang pada akhirnya menjadi korban dengan insiden semisal ini?

Jika umat Islam selalu bersikap dua kaki dalam menyikapi serangan kekerasan ini,  dalam artian bersimpati terhadap pelaku, dan apriori dengan kinerja keamanan, salahkah jika kemudian stigma teror(is) selalu dialamatkan kepada umat Islam?

Jika kita tidak puas dengan sistem kehidupan yang tidak Islami. Jadilah individu muslim yang taat kepada Allah dan Rosulullah, tanpa melakukan teror dalam kehidupan. Dengan sistem kehidupan yang jahiliyah pun, kita tetap bisa masuk surga, tanpa harus menumpahkan darah orang lain.

Aksi aksi meledakan bom dengan biadab seperti di Manchester dan Jakarta, sekali pun mengusung simbol dan motivasi keislaman,  jelas cara dan target sasarannya sangat tidak masuk akal jika dikaitkan dengan jihad.

Pelaku bom bunuh diri dengan motivasi apa pun, jelas menurut hukum Islam, pelakunya akan kekal didalam neraka. Dalam hadits shohih jelas, “(Tidak akan masuk surga) kekal didalam neraka orang yang mati karena bunuh diri”. 

Dalam sikon peperangan saja, Islam memiliki konstitusi yang melarang membunuh orang yang tidak terlibat dalam peperangan. Tidak boleh merusak bangunan tempat ibadah mana pun dan pepohonan. Tidak boleh membunuh musuh yang sudah menyerah. Jadi, tidak akan pernah ditemukan dalam konstitusi Islam, pasal yang bisa menjadi justifikasi bahwa bom bunuh diri adalah jihad.

INJIL MEMBUKTIKAN BAHWA YESUS BUKAN TUHAN

Sebagai tuhan, Yesus harusnya tahu kapan hari kiamat akan terjadi. FAKTANYA, sebagai tuhan, Yesus tidak tahu kapan hari kiamat akan terjadi. Karena kata Yesus tentang hari kiamat, “Yang tahu hari dan waktunya hanya Allah Bapa”. ( MATIUS 24:29-36 ).

Sebagai tuhan, Yesus harusnya bisa menyelamatkan manusia masuk ke surga, duduk dikanan atau kiri Yesus. FAKTANYA, kata Yesus, “Perihal seseorang masuk ke surga, duduk dikanan atau kiri aku, adalah hanya hak kuasa Allah Bapa yang memberikan”. ( MATIUS 20:20-23 ).

Sebagai tuhan, Yesus harus setara selevel sederajat dengan Allah Bapa. FAKTANYA kata Yesus, “Allah Bapak lebih besar daripada aku”. ( YOHANES 14:28 ).

Sebagai tuhan, harusnya Yesus yang disembah.  FAKTANYA, Yesus malah menyembah kepada Allah Bapa. Yesus berkata kepaa muridnya, “Aku akan pergi kepada Bapa aku yang juga Bapa kamu. Kepada Allah aku yang juga Allah kamu”. ( YOHANES 20:17 ).

Itulah mengapa banyak umat Kristen di dunia hingga detik ini, tidak mengakui Yesus sbg tuhan. Seperti sekte Saksi Yehova, Mormon dan Unitarian. Padahal mereka sama sama mengimani kitab injil yang sama. Dan pada abad ke 3 – 4 masehi, faham Kristen ARIANISME di Timur Tengah juga tidak mengakui ketuhanan Yesus. Hingga memicu diadakannya sidang konsili pemimpin Kristen di kota Nicea Turki thn 325 masehi. Jadi yang dimaksud dengan tuhan yang harus kita sembah dalam injil adalah yang disebut Allah Bapa. Sedangkan Yesus hanyalah manusia 100% yang diutus oleh Allah Bapa sebagai Nabi.

MUSLIM DAN CARA PANDANG TERHADAP DUNIA

Hukum dunia sangat bisa tidak mengikat kehidupan manusia. Seseorang yang melakukan tindak pidana disuatu negara, tentu tidak akan berimplikasi hukum apapun di negara lainnya. Umumnya dia harus bertanggung jawab hanya di negara dimana dia melakukan tindak pidana. Seseorang bahkan bisa terbebas dari hukuman dunia atas kejahatan disuatu negara, jika dia memperoleh suaka dari negara lain.

Tetapi siapa pun kita sebagai muslim selama hidup, dimana pun dan kapan pun, selalu dan pasti berimplikasi dengan hukum dan akibat di akhirat. Tentang apa yang kita perbuat dan bagaimana cara pandang kita dalam menyikapi kehidupan dunia ini. Tentunya termasuk dalam hal urusan politik ekonomi dan sosial.

Setuju atau tidak, terpaksa atau tidak, disadari atau tidak, diakui atau tidak, seorang muslim akan selalu memiliki konsekuensi terhadap kehidupan di akhirat, tentang apa yang dia perbuat, dan tentang bagaimana cara pandang dia menyikapi kehidupan di dunia.

Bagi seorang muslim dalam hidupnya hanya memiliki satu falsafah yang menjadi dasar hukumnya, yaitu Quran dan sunnah Nabi yang merupakan wahyu dari Allah. Dengan Quran dan sunnah inilah seorang muslim kelak pasti akan diadili tentang apa yang telah dijalani dalam hidupnya.

Ketidaktahuan kita dengan kenyataan ini karena minimnya pengetahuan tentang keislaman, tidak bisa menjadi alasan kita terbebas dari implikasi hukum di akhirat. Allah telah memberikan kita akal pikiran dan kecerdasan. Dengan inilah kita harus ingin tahu dan mencari tahu, tentang ilmu keislaman agar kita bisa memahami bagaimana kita menjalani hidup, dan bagaimana seharusnya kita memiliki cara pandang terhadap kehidupan di dunia.

AIR MATA KEHIDUPAN

INDOSIAR MIKROFON PELUNAS HUTANG : LINGGA, AIR MATA KEHIDUPAN

Lingga lelaki beristeri, ayah beranak dua, adalah satu diantara begitu banyaknya pejuang kehidupan. Novel kehidupannya dipenuhi oleh tulisan cerita lara dan tumpahan air mata. Mungkin kita tak bisa menuntaskan membaca novel kehidupannya, karena air mata tak mampu untuk tetap tertahan di kelopak mata kita.

Pekerja serabutan yang pemilik hutang Rp 9.715.000,00 ini tak lagi sanggup membayar hutang hidupnya. Sejumlah nilai yang oleh sebagian kita bisa jadi hanya harga sebuah gadget yang digenggam. Sebuah nilai yang bagi kita mungkin mudah dan cepat mendapatkannya. Atau sebuah nilai yang begitu murahnya untuk kita belanjakan.

Kebahagiaan dunia memang mahal, kita membutuhkan upaya dan tenaga serta uang untuk memperolehnya. Sesuatu yang kita kejar dengan berlari, walau kadang harus dan atau terjatuh untuk itu. Yang terkadang pun belum tentu kita dapat meraihnya. Dan pastinya kita akan kehilangan kebahagiaan dunia, ketika kita telah mendapatkannya, oleh sebab takdir kematian.

Kebahagiaan dunia memang harus kita upayakan, bagian dari wajibnya ikhtiar dalam perjalanan hidup. Tetapi Allah tidak akan pernah menghukum kita, ketika kita tidak memperolehnya. Itulah kasihNYA, karena DIA tahu, bahwa perlu upaya dan berbiaya untuk memperolehnya.

DIA memberi kita kebahagiaan sejati, yang setiap kita bisa memperolehnya. Kebahagiaan yang tidak akan pernah berkesudahan. Yang tidak akan pernah berakhir oleh kematian lagi. Kebahagiaan yang akan bisa didapat, semiskin apa pun kita, selemah apa pun kita. Kebahagiaan dunia yang mahal dan belum tentu kita peroleh walau sudah berjuang, kita gigih mengupayakannya. Apakah kebahagiaan sejati kelak, yang siapa pun bisa meraihnya, telahkah kita upayakan?

MUHAMMAD SAW AND A’ISYAH RA

PROPHET MUHAMMAD SAW MARRIED A YOUNG AYISYAH AGE, WHY?

The marriage of Prophet Muhammad SAW with the ummul mu’minin, A’isyah ra, is the historical record in Islam, which is written as it is. Proving the source of Islamic writing has never ‘edited’ or omitted an important event for an interest. The marriage, if measured in modern times today, took place nearly 1500 years ago. The marriage is a historical fact. About how old A’isyah ra when married there are differences of opinion, 7 or 17 years. But in general and the majority write 7 years. A thing that was never covered by Islamic writers, because it is not a disgrace to the time and tradition at that time. A few years later after the marriage, A’isyah ra lived in the house with the Prophet. The marriage is God’s plan for the growth of Islam. 
A’isyah ra is an intelligent woman who became a fact in Islamic history. Thousands of hadits, which is the writing about the source of Islamic law, which comes from the words or deeds of the Prophet, narrated from A’isyah ra. There is no other wife of the Prophet who remembers the hadits  as many as remembered by A’isyah ra. Many teachings of Islam, unknown to the Companions of the Prophet, but only known by A’isyah ra, and delivered by A’isyah ra. This was possible because A’isyah was the wife of the Prophet.

A’isyah’s very young age at marriage was God’s plan for Islam. Proved because A’isyah ra lived for over half a century after the Prophet’s death. The range during that time was used by A’isyah ra, to convey the teachings of Islam to the first generation of Islam. The development of Islam is very grateful for the services of A’isyah ra. Because of the age of the four main companions of the Prophet who became khalifah, only up to 3 decades. A’isyah ra still lives long after generation 4 main friend ends. Even the other wives of the Prophet, had died when the Prophet was alive, or shortly after the Prophet’s death. Because the other wives of the Prophet, generally are widows who are elderly when married by the Prophet.

Thus, the Prophet’s marriage to A’isyah was not a disgrace. Enemy of the enemy of Islam at the very beginning of the growth of Islam, does not make this an issue to discredit Islam. And the historical record was never subsequently edited or hidden. The marriage, if measured by the present time, of course time space has been far nearly 1500 years. Marriage is God’s plan, because A’isyah also has no children from the Prophet. And after the Prophet’s death, A’isyah never married again until A’ishah died. So the marriage is not a libido factor.
#AisyahMoslemLoveYou

JAWABAN UNTUK : APAKAH ISLAM MENGAJARKAN KEKERASAN?

Stigma negatif bahwa Islam mengajarkan kekerasan dan kriminalitas dalam kehidupan,  hal yang mungkin sudah biasa kita dengar. Permasalahannya adalah apakah benar Islam seperti itu? Tentu saja siapa pun sebenarnya sudah tahu, bahwa Islam tidak seperti itu.  Stigma itu muncul berangkat dari aksi kekerasan global yang terjadi pada rentang tiga dekade terakhir ini, yang selalu dikaitkan dengan keIslaman. 

Tetapi andai rentang waktu ditarik lebih mundur hingga ratusan tahun lalu,  tentu stigma itu bisa bergeser keluar Islam. Karena,  tragedi kekerasan dalam peradaban manusia secara masif dan komunal,  bisa dan pernah dipertontonkan oleh para pelaku dengan latar agama dan keyakinan apa pun. Tetapi tentu itu bukan representasi dari ajaran sebuah agama. 
Islam tidak mungkin mengajarkan umatnya boleh membunuh atau bertindak kriminal,  semisal perzinaan. Karena dalam Islam,  jelas tegas ada hukum had yang memvonis mati terhadap pelaku pembunuhan,  atau hukum cambuk atau rajam bagi pezina,  sekali pun atas dasar saling suka. Adakah hukum dunia yang menghukum pezina saling suka? Lalu bagaimana mungkin Islam menyuruh umatnya boleh membunuh dan berzina? 
Sementara potongan ayat Qur’an yang diambil secara parsial, untuk menjustifikasi bahwa Islam mengajarkan kekerasan,  adalah bentuk kebodohan dalam membaca Islam. Karena,  kitab suci agama apa pun,  jika sengaja dibaca ayatnya secara parsial, tentu bisa diinterpretasikan sekehendaknya. 
Logika termudah,  bahwa Islam mengajarkan nilai kedamaian,  dengan melihat prestasi pertumbuhan Islam.  Mari kita meneropong sejarah jauh kebelakang,  ketika Nabi Nuh as yang hidup ratusan tahun, berapa kuantitas umat yang bisa direkrut kejalan Allah dan naik perahu besar? Sanggupkah Nabi Musa as menyadarkan Fir’aun dan rakyatnya ke jalan Tuhan? 
Ketika Nabi Isa as bin Maryam ra wafat, berapa umat yang terpanggil?  Masih minoritas,  hingga menjadi korban pembantaian oleh bangsa Yahudi dan Romawi. Barulah pada abad 4 M, agama Kristen kian mengglobal setelah kaisar Romawi, Konstantinus,  memeluk Kristen dan menjadikannya sebagai agama resmi di Romawi. 
Sementara Islam,  ketika Nabi Muhammad SAW wafat setelah 23 tahun berdakwah, dimana syariat Islam telah finish dan Qur’an telah diwahyukan secara menyeluruh, penduduk semenanjung Arabia,  khususnya Mekah dan Madinah, telah meninggalkan paganisme dan tradisi kejahiliyahan. Dan mayoritas telah memeluk agama Islam. 
Fakta dan prestasi pertumbuhan Islam itu mustahil bisa terjadi, seandainya Islam mengajarkan kebencian permusuhan dan kekerasan. Apalagi fihak yang menuding Islam mengajarkan kekerasan, pada sisi lain juga sinis memandang Islam sebagai agama yang mensyaratkan umatnya beramal kebaikan jika ingin masuk surga. 
Jika yakin dengan konsep keselamatan dalam Islam,  bahwa muslim harus beribadah dan memperbanyak amal soleh agar masuk surga, lalu bagaimana mungkin menuduh Islam mengajarkan umatnya untuk berbuat kekerasan? Jelas ada standar ganda dalam melihat Islam
Alasan eksistensi ISIS dengan kekerasannya,  dikaitkan dengan ajaran Islam, tentu kebodohan yang menggelikan. Karena ISIS muncul lebih kolaborasi kepentingan ekonomi politik dan industri senjata, dengan memanfaatkan simbol keislaman untuk membangkitkan semangat juang kelompok ISIS. Mainstream Islam pun jelas, tidak pernah berdiri mendukung ISIS. 
Fakta sejarah tentang peperangan yang melibatkan umat Islam, menghadapi penentang penentang Islam diawal pertumbuhan Islam,  adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari. Yang terjadi karena situasi dan kondisi saat itu mengharuskan seperti itu. Dari peperangan itu pula,  memunculkan hukum Islam seperti perlakuan terhadap tawanan perang,  harta pampasan perang dan etika dalam berperang,  yang kemudian sejalan dengan konvensi Jenewa tentang peperangan.
Jelas dan tentu,  tidak pernah ada klausal hukum dalam Islam,  yang mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan. Jika kemudian ada benturan sosial yang terjadi dikaitkan dengan Islam. Itu karena Islam agama yang mengatur detail kehidupan. Seperti larangan minuman keras,  berjudi atau berzina dll,  yang justru diera modern ini sesuatu yang legal dan biasa serta menjadi industri bisnis.

ANIS BASWEDAN UNTUK JAKARTA

Kemenangan Anis Baswedan dalam Pilkada Jakarta,  adalah buah dari akumulasi kekecewaan umat Islam atas realita sosial politik dan hukum yang memang sangat bisa dirasa dilihat didengar.  Gigit jari untuk pendapat bahwa warga Jakarta sangat rasional akan mengabaikan isu agama. 

Tidak ada isu yang bisa membangkitkan dan menyatukan emosional manusia, kecuali isu agama. Ini yang selalu kita nafikan. Dan kini isu agama terlihat dan membenarkan kemenangan Anis Baswedan. Mulut bisa diam,  telinga bisa ditutup,  tetapi hati dan pikiran serta keyakinan tak pernah bisa diterobos diubah dengan kampanye verbal dan visual. 

Hasil Pilkada DKI tentu menjadi evaluasi dan pembelajaran bagi presiden Jokowi,  jika ingin bertarung di pilpres 2019. Kini mulai harus dipikirkan,  tentang siapa teman siapa lawan dan bagaimana kebijakan harus diputuskan. Rakyat memiliki kekuatan dan kekuasaan saat berada didalam bilik suara. 

Demokrasi adalah tentang satu orang satu suara,  tanpa melihat apa pun alasan dan latar seorang dalam memilih. Banyak pembelajaran yang bisa diambil dari hasil Pilkada Jakarta. Jangan pernah melukai dan mengecewakan perasaan. Jangan abaikan suara mayoritas.  Dan yang terutama jangan pernah meremehkan isu keagamaan. 

#Alhamdulillaah

#SujudSyukur

#Almaidah51A

ZAKIR NAIK AND THE TRUTH OF ISLAM

Da’wah delivered an Zakir Naik, so elegant and very seductive curiosity of many people. Preaching are open to anyone, our curiosity with his message can we find them via the touch of fingers on gadget touchcreen.

Highly digestible preaching to understand. Intelligence in arguing and explaining a question, we can prove through cyberspace, not hidden or concealed. Should a Muslim do not believe in the teachings of Islam because of sheer destiny birth. But because I know understand and believe.
Da’wah delivered Zakir Naik is about the truth of the teachings of Islam that is not in doubt. Islam as a concept and doctrine, so rational and very understandable and justified in the context of the logic of faith.
What is offered Islam forgiveness of human sin, about the safety of life in the hereafter, about social life in the world, very rational and truly in logic of faith. Very inexplicable in the human mind.
The climax of rasionalias truth of Islam is the concept of God in their Muslim faith, which is so beautiful and very easy to be understood human. Only one God is above all else in Islam. And Muhammad’s prophethood is explained about what and how Islam.
Of course also the figure of Muhammad SAW became an important part in the course of Islam. Muhammad SAW exemplary life, his marriage with several women. And of his marriage with A’isyah that young age, it is a must that blends with the concept of Islamic teachings.
For a Muslim who has the ideology of Islam, would make Islam the hands of his life. And difficult release it, until one when it arrives at the end of a life time. And make Islam as a record of his life in facing the creator of the universe, GOD.

ISLAM AND ZAKIR NAIK

Islamic scholars worldwide, Zakir Naik, for the second time in the adjacent visiting Indonesia. His lecture was indeed phenomenal and global. Making should be denied its presence in several countries.

Zakir Naik class character or previous world recognize Ahmad Deedat, a native of India, a country with a population of more than 100 million Muslims, Islam has become an icon of this modern era. Zakir Naik is the truth about Islam as a religion that is so ready for verifiable, in balance with the logic rationality of faith and the history of humanity.

Between religions, though not up for debate, because it involves a matter of confidence, certainly not one to be tested on the truth of his teachings, as a matter of scripture, in the case of Islam is the Qur’an. And Islam altogether very open to be tested and asked about the substance of the Koran as the word of God, and about the prophethood Muhammad SAW.

Islam, it is ready to be asked and asked. Because as a good Muslim, we not only believe in the teachings of Islam because the fate of birth. But because we believe in the rationality of Islamic teachings in the context of the logic of faith. Islam and Dr. Zakir Naik, will and always give answers on all questions the Koran, Muhammad SAW and Islam.

Islam is the life and worship for a Muslim. Because they live in the world is the path to eternal life in the future, that is why Islam regulates the trappings of life of the people, since the mother’s womb, so when it comes to death and buried. And all of that included worship, the procedures have been set in Islam.

BOCAH TERKUAT DI INDONESIA

TRANS 7 REDAKSI SIANG :

BOCAH TERKUAT DI INDONESIA

Ari 11 tahun dan adiknya Irfan 6 tahun, diantara salah satu bocah kuat di Indonesia pada 2012 lalu, bocah dusun Belimbing kab. Purworejo Jawa Tengah. Mereka memiliki kekuatan yang belum tentu dimiliki kebanyakan orang. Kekuatannya adalah dapat memikul beban hidup berjalan jauh dengan berpeluh tanpa mengeluh.

Bocah tanpa ibu ini, menjual balon dan mainan anak hasil olah kreatifitasnya, berkeliling desa dengan sepeda tua dari rumahnya yang sangat sederhana. Dengan kekuatannya, Ari bisa menjadi diantara bocah paling inspiratif bagi kehidupan. 
Ari memiliki kekuatan, yang telah menghilang dari kebanyakan orang. Ari telah mengajarkan sesuatu, yang kebanyakan kita enggan mempelajarinya. Ari memiliki sesuatu kebisaan, yang bagi kita mungkin sebagai ketidakbisaan. 

Diusianya, Ari telah memberi inspirasi, Ari telah berbagi hati. Ketika kebanyakan kita menulis keluhan roman picisan dalam hidup, Ari menyusuri hidup dengan berpeluh. Dengan semangat hidupnya, Ari berjuang dengan tetesan keringat, ketika kita begitu terlalu mudah meneteskan air mata untuk sekeping cinta yang retak, atau oleh duri yang menusuk.

Mereka yang menempuh jarak yang jauh dengan berpeluh, enggan untuk mengeluh. Tersenyum dengan beban berat yang dipikul sambil berlari. Haruskah kita terduduk menjual keluhan dan buku roman picisan di etalase hidup kita?

ISU AGAMA DAN POLITIK

ISU AGAMA DAN POLITIK

Dua entitas berbeda yang terpisah, tetapi hampir sulit untuk dipisahkan dalam realita kehidupan bermasyarakat. Dalam perjalanannya, agama telah mewarnai ruang politik, sulit realita menghindarinya. Bahkan tidak hanya di kita, tetapi dibanyak negara lainnya.

Agama dan politik harus dilihat sebagai sisi sisi yang komplementaritas. Politik yang cenderung dipersepsikan sebagai nirmoralitas, memerlukan sentuhan nilai keagamaan. Agama yang bersentuhan dengan politik tidak seharusnya dibaca sebagai sebuah kekhawatiran. Toh di kita agama tidak menjadi dasar dalam aturan bernegara.

Dalam kehidupan real politik, sulit seseorang dengan latar agama apa pun, bisa menghindar untuk terlepas dari rasa dan persepsi keagamaan ketika berjalan di ruang politik. Contoh sangat sederhana saja, dalam Pilkada sangat kental rasa persepsi dan rasa keagamaan bermain. Hampir seseorang dengan latar agama APA PUN, tentu akan memilih calon pemimpin yang seagama dengannya. Ini bukan sebuah aib dalam demokrasi, dan bukan sebuah kesalahan cara pandang. Bukankah demokrasi menghargai setiap perbedaan? Tetapi realita diruang berkeyakinan.

Yang terpenting, sentuhan antara dua entitas yang berbeda ini bermain secara elegan, tetap ada dan taat dibawah payung hukum positif yang telah kita miliki. Andai pun jika kemudian muncul tabrakan oleh akibat gesekan yang ada, toh kita sebagai negara telah memiliki rule of game yang jelas untuk menyelesaikannya. Jadi isu agama dan politik tidak perlu kita sikapi sebagai sebuah phobia. Tetapi dilihat sebagai sebuah modal yang saling komplementaritas.

DARK AND LIGHT

How DARK and LIGHT suddenly dark and silent room. But the dark is just an instant and disappear, because we are looking for other space in order for the sparkling lights, as we reluctantly there in the dark. 

But it was opposed to life, we sometimes chose darkness, even knows towards heretics. Dian life accidentally extinguished. What can we find in the dark? Wasnt as close as any invisible?
Before far astray, turn on lamp life to look. Dian candle tak kan linger long because it will be pulverized. Dian lamp was only momentary. 

Fill life with dian him. Who have become endless. And the light towards the path of peace. The road’s not getting lost.

POLITIK KEKUASAAN BERBATAS WAKTU

​Rekayasa pencitraan pemaksaan mencari wajah dan menebalkan wajah, memang begitu dekatnya dan menyatu dalam kebersamaan di panggung politik. Inilah yang tengah dipertontonkan hari hari belakangan disatu negeri, entah dimana.

Begitu kasar dan transparannya, bahkan tidak mengharuskan seseorang berlatar pakar politik untuk merasakan panasnya atmosfer ini. Bahkan tak diperlukan teropong politik untuk melihat eskalasi ini di langit politik.
Karena seseorang dan oleh seseorang serta dari seseorang, situasi dan dinamika politik bisa terjadi dan kian menjadi. Kekuasaan memang terkadang dan sering mengharuskan dan diharuskan dalam berjalan.
Kekuasaan ketika sedang berjalan, terkadang sulit dihentikan dan bisa pula tak ingin dihentikan. Karena kekuasaan adalah kekuatan itu sendiri. Kekuasaan adalah kekuatan yang terus berjalan. Ketika kekuatan lain tak bisa menghentikan kekuasaan, maka waktu adalah kekuatan yang terbesar.
Oleh waktu kita dibatasi, dan waktu tak pernah membiarkan kekuatan berlari melampaui dari batasnya. Ketika telah dibatas waktu, bahkan kekuasaan dan kekuatan pun bisa luluh bersimpuh.
Masihkah kita arogan padahal waktu tak pernah dusta memberi batasnya. Ketika kita telah melewati batas waktu, sungguh segalanya hanya akan menjadi sepenggal cerita yang berlalu, pada secarik kertas, yang entah akan tersimpan di buku sejarah, atau tersobek oleh tangan tangan sejarah.

MENANGISI AL-FATIHA DALAM SHOLAT 

Membaca fatiha dalam sholat adalah syarat sah, sangat jelas berdasar hadits sangat shohih dari Bukhori dan Muslim.
Yang unik dan mungkin luput dari keingintahuan kita adalah, mengapa surat Fatiha saat dibaca perlahan, seperti rokaat 3 dan 4 dibaca dengan cepat, bahkan ada yang dibaca dengan durasi sangat cepatnya.

Sementara pada saat dibaca nyaring semisal Subuh, Fatiha dibaca tartil ayat per ayat. Adakah hadits yang memerintahkan perbedaan cara membaca cepat dan tartil? Tentu saja jelas tegas tidak akan pernah ada.

Secara umum dalilnya sangat rajih, membaca Qur’an harus tartil dan ayat per ayat, berdasar Qur’an dan hadits shohih. Jika tidak ada dalilnya, mengapa ada perbedaan durasi cara membaca, yaitu tartil dan cepat hingga sangat cepat saat dibaca perlahan?

Persoalannya bisa jadi karena perbedaan dibaca dengan suara nyaring dan perlahan. Dengan dibaca nyaring tentu terdengar oleh makmum, tentu imam memiliki rasa ranggung jawab untuk membaca dengan tartil dan benar.

Ketika dibaca perlahan, karena tidak terdengar oleh makmum. Maka bisa saja rasa tanggung jawab itu berkurang. Toh kekeliruan karena sangat cepatnya membaca, tak akan terdengar oleh makmum.

Padahal kita sangat faham, bahasa Qur’an memiliki aturan tata cara baca yang khas. Ada panjang pendek, dan pelafalan makhroj yang benar. Karena banyak huruf Qur’an yang hampir mirip bunyinya, semisal jim dal dzal zay zho atau tsa sin syin shod.

Durasi baca yang sangat cepat, tentu sangat rentan terpeleset dalam aturan berdasar ilmu tajwid. Apalagi seorang imam harus memahami, ada banyak makmum dibelakang dengan level kebisaan yang berbeda dalam membaca Qur’an. Sementara dalil bahwa ‘bacaan makmum ditanggung oleh imam’ adalah hadits dhoif.

Marilah kita budayakan dan biasakan, membaca Fatihah saat dibaca perlahan dalam sholat, dibaca persis sebagaimana membacanya pada rokaat nyaring, semisal rokaat pertama dan kedua sholat Maghrib dan Isya, tartil ayat per ayat. Walau makmum tak mendengar, bukankah Allah maha mendengar?

Andai membaca Fatiha boleh dan bisa dengan super cepat, mengapa ada sebagian imam mempraktekannya hanya saat dibaca perlahan? Mengapa tidak dipraktekan saat dibaca nyaring yang didengar makmum?

Jika kita belajar dan merenungi serta memahami hadits hadits shohih seputar tata cara sholat, maka kita bisa saja sering menangis, melihat tata cara sholat yang mungkin biasa kita kerjakan.

Hadits atsar shohih menceritakan, sahabat Nabi, Hudzaifah ra, melihat seseorang sholat dengan cepatnya, dan ditanya, “Sudah berapa lama anda sholat?”, jawab orang tersebut, “Sudah bertahun tahun”. Maka jawab Hudzaifah ra, ” Anda belum sholat, jika anda wafat maka wafat diluar ajaran Muhammad SAW”.

Ibadah sholat tentu diterima tidaknya disisi Allah, kita tidak akan pernah tahu. Tetapi kita sangat tahu, syarat ibadah diterima adalah niat ikhlas karena Allah, dan kaifiatnya berdasar yang diajarkan Nabi. Jika caranya saja secara kasat mata sudah tidak mencontoh sunah, masihkah kita optimis berkata, “Soal ibadah sih, urusan kita dengan Allah, diterima tidaknya ya hanya Allah yang tahu”.

#SholatTumaninah

#BacaQuranTartil

KE BATAS TEPIAN WAKTU

​KE BATAS TEPIAN WAKTU

Dusta, kezholiman, ketidakadilan, dosa dan maksiat melauti dunia kehidupan. Hingga seolah dunia tak lagi sanggup memikul bebannya, dan enggan melanjutkan jalan waktunya.
KuasaNYAlah yang tetap membuat dunia terus berjalan ke batas tepi waktu. Ketika angkatan ini telah berlalu semua, mungkin dunia masih belum tiba di batas tepi. Tapi dalam waktu kemahaanNYA, saatnya telah begitu mendekat. Tanda tanda yang menyertainya banyak terlihat.
Mungkin waktu tak membuat kita bersua di batas tepi dunia. Tetapi setiap kita sungguh memiliki dinding batas tepi waktu. Didepan dinding batas tepi, tak ada satu pun yang bisa berjalan mundur menjauh.
Sejatinya hidup adalah perlombaan menuju ke batas tepi waktu kita. Segala apa yang kita genggam pada saatnya kan terlepas. Langit memang kan runtuh, sebagaimana bumi kan terbelah. Tapi satu noktah pun dari amal kita, tak kan terlepas dari ingatanNYA.
Bertaubatlah, karena waktunya kian mendekat. Penyeru kebaikan memang masih bergema, tetapi hanya sedikit yang mendengar, lebih sedikit lagi mereka yang datang. Jika api telah dinyalakan, kitakah yang terbakar? NaunganNYA memamg begitu luas, berlarikah kita ke bawah bayang naunganNYA?
Dunia terkadang tak memberi apa yang kita pinta. Dunia terkadang memberi apa yang tidak kita inginkan. Tetapi dalam keimanan selalu ada asa, berjalanlah ke surgaNYA. Kelak disana kita akan memperoleh apa yang dunia tidak pernah berikan kepada kita.

FINAL PIALA AFF 2016

​FINAL SUZUKI AFF CUP :

MERAHKU DAN PUTIHKU
Kutatap mega langit merah, 

bisu berarak tak berkata,

merah asaku meriuhkan semesta.

Kupandang kibaran merah putih penuh gelora, gelora cintaku mengguncangkan buana….
Merah cintaku tuk Garudaku,

Putih asaku tuk Indonesiaku,

Ke ujung buana pun kan kudukung,

Selaksa pujian selalu kusanjung…
Kalah, bukan berarti menyerah,

Asa, jangan pernah punah,

Kaki harus terus melangkah,

Gagah melintas dijalan sejarah…
Cinta kami tak kan terbagi,

Apa pun yang kan terjadi,

Kami kan selalu ada disisi,

Sekali kali kami tak kan pergi…
Merah putihku adalah saksi,

Janji setia mengikat abadi,

Garuda kan selalu dihati,

Erat terpatri direlung sanubari…
Kami selalu berdoa dan datang,

Berharap Garuda-ku menang,

Andai pun Garuda-ku kalah,

Setia cinta kami tak kan punah…
Biarpun selaksa aral menghadang,

Semangat juang tak boleh lekang,

Garuda kan selalu kami kenang,

Indonesia satu yang kami sayang…
Kami mendukung tak pernah lelah,

Setia kami tak kan pernah terbelah,

Semangat juang pantang menyerah,

Bersatu kita memerahkan sejarah…
Tapi, jangan pernah kita melupakan TUHAN !

Bersujud diatas lapangan,

Memohon padaNYA pertolongan,

Sebab bersama-NYA ada jalan kemenangan…

® RH Majalengka Juli-2007

AKSI SUPER DAMAI 212

Ribuan dalam barisan tanpa bayaran,
Bukan keduniaan ini panggilan keimanan, 

Tak hendak merusak tanaman taman,

Tak pula membuang sampah berserakan.
Do’a bukanlah kata sumpah serapah,

Sholawat bukanlah lantunan kata fitnah,

Tak ada amarah yang tertumpah,

Semata ibadah beralas sajadah.
Tak hendak menjadikan kekacauan.

Bayi pun terlelap dalam buaian,

Anak anak pun tertawa berlarian,

Kami bersama bergandengan tangan.
Kami datang…tidak karena uang,

Jauh berjalan…bukan pencitraan,

Kami berbicara…untuk satu suara,

Satu kami minta…tahan si penista.
Kami pencinta Bhineka Tunggal Ika,

Maka kami tidak menista agama,

Kami pemersatu negeri dan NKRI,

Tak bisa dibeli dan punya harga diri.
Tak terlintas ingin berbuat makar,

Apalagi ingin aksi bakar bakar,

Cinta Indonesia tak akan pudar,

Karena cinta agama sangat mengakar.
Kami beraksi menuntut ucapan Ahok,

Bukan agama yang kami olok olok,

Agar hukum tidak bengkok berbelok,

Kami ingin wajah keadilan yang elok.

®Cigasong Majalengka.

MUSLIM, KEBHINEKAAN DAN NKRI

​TELAH DAN SELALU TERUJI, MUSLIM MENDUKUNG KEBHINEKAAN DAN NKRI

Isu kebhinekaan dan NKRI kerap dialamatkan kepada kelompok muslim, jika kental menyuarakan aksi keIslaman. Seolah kelompok muslim menjadi terdakwa, yang rentan tidak menghargai kebhinekaan dan berpotensi meretakan keutuhan NKRI.

Tudingan yang terlalu ‘lebay’ dan bisa sebagai bentuk kepanikan yang bisa cenderung bodoh. 71 tahun kita telah merdeka, dan bhineka tunggal ika masih semboyan kita, NKRI masih kokoh utuh. Semua itu tentu karena diantaranya perjuangan dan kesadaran muslim yang mayoritas di NKRI ini.

Terakhir, fakta dalam aksi spektakuler 212, pernahkah isu bergeser dari kasus yang pribadi Ahok, menjadi isu serangan terhadap agama yang dianut Ahok? Bandingkan dengan penyikapan dunia jika terjadi kasus teror. Keutuhan NKRI jelas hal yang utama dan terdepan bagi muslim yang mayoritas.

Kebhinekaan dan cinta tanah air, telah lebih awal diajarkan Rosulullah kepada umat Islam. Ketika rakyat Aceh menjalankan syariat yang dilindungi konstitusi, disinisi sebagai bentuk anti kebhinekaan, begitu pula dengan kasus Perda Romadhan di Serang Banten yang implementasi otonomi kedaerahan.

Padahal dalam kasus Ahok yang ‘dibiarkan bebas’ tidak ditahan, umat Islam diminta menghormati aturan hukum. Akar masalahnya bukan persoalan menghormati atau tidak. Tetapi kita harus sangat jujur, bahwa perbedaan keyakinan dan agama, kadang memang membuat kita saling curiga dan dengki dalam hati. Fakta yang tidak perlu dibantah, dan tidak bisa dinafikan.

Yang terpenting adalah, kecurigaan dan kedengkian itu tidak diapungkan dan tidak menyulut sentimen yang mengarah kepada perpecahan atau kebencian serta permusuhan, cukup dalam hati dan pikiran. Kebhinekaan dalam Islam adalah sunatullah yang harus disikapi dengan penghormatan.

DUSTA DAN KEBENARAN

Kegelapan menyelubung pekat ruang kebenaran. Padahal api kejujuran menyala pancarkan terang. Jiwa jiwa sesat melangkah dalam gelap. Mata yang membuka pun tak lagi dapat menatap. Petir pesan kebenaran keras menggelegar. Tapi tak jua mau didengar.
Orang kedinginan didekat perapian. Orang terbakar didalam luapan air. Inilah kehidupan ketika tak lagi wajar. Tangan tak dapat lagi memegang. Jiwa tak lagi terlindungi. Maka air mata langit pun membasahi sungai di bumi. Orang berjalan tak tahu arah. Kegelapan menyelimuti sedangkan sang surya ada menerangi.

Masa berakhir bisa tak lagi berjarak di depan. Karena segala pertanda nyata oleh mata. Tinggal sekata saja doa diujung waktu. Dusta begitu beratnya, seolah bumi pun ingin berhenti berputar oleh bebannya. Dusta dapat disembunyikan, kebenaran bisa diungkap. Tetapi dunia terlalu berat memenangkannya.

Kebenaran bisa terbujur dan terkubur di pusara dunia. Dusta pun bisa meraja dan beristana. Tetapi dunia dengan segala, sungguh tak bisa berlama. Setiap kita memiliki waktu kala harus kembali ke pusara. Dan kita akan berbangkit, berbicara saat bibir terkatup rapat, melihat saat mata terpejam, mengingat ketika kita lupa. Masihkah saat itu kita bisa berdusta? Dan berlari?

NURANI PERDAMAIAN AUNG SAN SUU KYI UNTUK ROHINGYA

Ketika badai demokrasi meruntuhkan dan memporakporandakan bangunan kokoh tirani junta di Myanmar, terbersit asa cahaya untuk mengakhiri puluhan tahun kegelapan masa suram etnis Rohingya yang mayoritas muslim di Rakhine, barat Myanmar, yang hanya terpisah sungai dengan Bangladesh.
Ketika kediktatoran junta berakhir, Aung San Suu Kyi, peraih nobel perdamaian dunia 1991, menjadi harapan bagi kedamaian atas seluruh rakyat Myanmar. Partai Liga Demokrasi Nasional pimpinan Suu Kyi berkuasa di Myanmar. Suu Kyi walau terganjal oleh aturan konstitusi untuk menjadi presiden, kini diyakini tetap menjadi orang kuat Myanmar dibelakang layar.

Asa itu kini nyata telah punah untuk kedamaian atas etnis Rohingya. Popularitas dan prestasi prestisius hadiah Nobel yang pernah dimenangi Suu Kyi, gagal menguji naluri perdamaian seorang Suu Kyi yang puteri dari pahlawan besar Burma, Aung San, yang tewas terbunuh didekade 1940an.

Memenangi Nobel perdamaian dunia, ternyata bukan jaminan bagi pemenangnya bisa menunjukan dedikasi dan prestasi bagi perdamaian itu sendiri. Aung San Suu Kyi menjadi contoh nyata tentang ini. Ketika kekuasaan atas negara Myanmar telah digenggamnya, tetapi kebiadaban militer terhadap etnis Rohingnya, ternyata tak mengusik nuraninya untuk bisa berbuat dan berbicara berkontribusi bagi perdamaian etnis minoritas Rohingya.

KISAH BUKU KEMATIAN

‘Kepergian’ yang tiba tiba dari seseorang yang masih muda usia, sering kita dengar dan tentu mengejutkan, tetapi tidak dalam ruang takdirNYA. Cerita duka ‘kepergian’ tersebut, satu diantara banyaknya pembelajaran tentang tipisnya jarak antara hidup dan kematian.
Setiap kita meyakini kematian adalah keniscayaan dalam hidup. Tapi tidak setiap kita meyakini waktunya akan tiba dalam hitungan jam atau esok. Karena kita kebanyakan over confidence bahwa ‘waktu’ masih terlalu lama datangnya, untuk memisahkan kita dengan kehidupan. 

Usia muda dan tubuh sehat, sering membuat kita over confidence, bahwa kematian tidak akan segera datang. Padahal, hidup dan kematian hanya terpisah oleh waktu sekedipan mata. Terpisah hanya oleh jarak kurang dari selebaran langkah.

Ketika kita dalam posisi over confidence, maka rencana pertaubatan, enjoy kita tuliskan pada halaman terakhir dari buku kehidupan kita. Padahal kita tidak pernah tahu, akan berapa jumlah halaman dari buku kehidupan kita. 

Bagi kita yang meyakini dan senantiasa ingat, bahwa ‘waktu’ akan dan dapat mengakhiri hidup kita sekarang, sesaat atau esok, maka akan menuliskan disetiap halaman dari buku kehidupan kita, dengan huruf KEIMANAN, untuk membentuk kata KETAQWAAN dan memunculkan kalimat RIDHO ALLAH. 

Akan berapa halamankah buku kehidupan kita? Telahkah kita tuliskan dengan kalimat pertaubatan? Apa cerita yang telah kita goreskan di buku kehidupan kita, ketika kelak Allah menutup jilid buku kehidupan kita?

Belajarlah dari mereka yang telah pergi mendahului kita. Ketika kita mendekati pertaubatan dengan berjalan perlahan, maka kematian bisa menghampiri kita dengan berlari cepat, ketika kita belum jua sampai di pintu pertaubatan. ® Cigasong

JAWABAN UNTUK : MENGAPA NABI MUHAMMAD BERISTERI BANYAK?

Sudah sangat biasa bagi umat Islam dengan pertanyaan ini. Malu dan risikah umat Islam? Tentu sangat tidak. Karena kecerdasan dan logika keimanan bisa menjelaskannya.
Karena hasrat bioligiskah? Isteri pertama Rosulullah SAW adalah umul mukminin, Khodijah ra, janda dengan usia 15 tahun lebih tua dari Nabi. Dari Khodijah ra, Nabi memiliki beberapa orang anak. Sepuluh tahun setelah Islam diwahyukan, Khodijah ra wafat dan saat itu Nabi hanya beristerikan Khodijah ra.

Setelah Khodijah ra wafat, Nabi menikah dengan beberapa wanita, yang sebagian besar adalah janda beranak. Dari seluruh isteri kemudian ini, hanya satu isteri saja yang melahirkan anak, tapi saat balita anak beliau wafat. Tentu ini rencana Allah. Jika karena hasrat bioligis, tentu isteri isteri Nabi yang terbukti subur, akan melahirkan banyak anak. Apalagi zaman itu belum ada alat kontrasepsi.

Mengapa Nabi menikah dengan umul mukminin Aisyah ra, yang sangat muda usia? Ini rencana Allah yang sangat disyukuri oleh umat Islam. Seluruh isteri isteri Nabi, wafat relatif tidak lama setelah Nabi wafat. Dan Aisyah ra, adalah isteri yang terakhir wafat, hingga lebih setengah abad setelah kepergian Nabi.

Karena muda usia, Aisyah ra bisa hidup lebih lama, juga terbukti cerdas. Karena itu, banyak ilmu dan ajaran Islam yang bersumber dari Aisyah ra, yang tidak diketahui oleh para sahabat Nabi, tapi Aisyah ra mengetahuinya, karena sebagai isteri. Aisyah ra sempat mengajarkan ilmu keIslaman hingga setengah abad pasca wafat Nabi.

Banyak hukum dan ajaran Islam yang muncul, karena hikmah pernikahan Nabi dengan beberapa isteri, terutama tentang ajaran kehidupan rumah tangga, pernikahan juga perceraian. Hukum dan tata cara juga ijab kabul pernikahan perceraian, BUKAN reka cipta dari ulama Islam. Tapi hukum Islam tersebut memang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW saat masih hidup.

Apakah menikah dengan banyak isteri zaman itu menyalahi peraturan? Mudah tentu menjawabnya, tidak. Apakah seorang Nabi, salah menikah lebih dari satu wanita? Siapa yang bisa menghitung para isteri dari Nabi Sulaiman as. Berapa orang isteri isteri dari Nabi Ibrahim as, Ishak as, Yakub as, Musa atau Daud as?

Mengapa Nabi menikah dengan lebih 4 wanita, tapi umat Islam dibatasi hanya maksimal 4 dalam waktu bersamaan, itu pun dengan persyaratan? Karena ada hukum yang dikhususkan hanya untuk Nabi, tapi tidak untuk umatnya. Sholat tahajud malam wajib untuk Nabi, tapi tidak untuk umatnya. Dan keluarga juga keturunan Nabi tidak boleh menerima zakat. Tapi umat Islam lainnya boleh. Karena Allah maha tahu dan maha perencana.

Tentu saja, mendeskreditkan Islam, dengan dakwaan karena Nabi Muhammad SAW beristeri banyak. Atau Nabi seorang fedopil, sangat tidak bisa menggoyahkan keimanan seorang muslim. Karena seorang muslim didoktrin untuk meyakini Islam dengan logika kecerdasan keimanan, bukan percaya begitu saja dengan dogma keimanan. ®Cigasong

BOM SAMARINDA DAN JIHAD ISLAM

Aksi kriminal biadab bermotif kebencian, dengan mengatasnamakan keIslaman kembali terulang, terkini menyentuh Samarinda. Terjadi pergeseran target tempat, setelah tersering pulau Jawa, kini melebar menyasar ke Kalimantan.
Mengatasnamakan jihad Islam bisa saja dilakukan sipelaku. Seperti dikebanyakan kasus teroris lainnya. Tetapi, siapa pun sulit dan tidak akan pernah bisa menemukan dalil dalam ajaran Islam, yang bisa membenarkan aksi kriminal dan teror atas nama jihad semisal itu.

Andai saja, ada aturan dalam Islam yang membolehkan membunuh atau melukakan umat non muslim, maka akan terlalu banyak korban non muslim berjatuhan, di Arab Saudi atau Indonesia yang mayoritas muslim.

Dan jika ada ajaran Islam seperti itu, mengapa aksi teror kriminal atas nama jihad Islam baru terjadi sejak tahun 2000 kemarin, bukankah ajaran Islam telah ada sejak abad 7 masehi? Pelaku teror hanyalah kelompok yang sangat minoritas dalam mainstream muslim.

Kekerasan dan kejahatan teror dengan atas nama agama atau pun tidak, dalam sejarah dunia, pernah diperbuat oleh para pelaku dari semua agama, tidak monopoli satu agama, lebih karena motif ekonomi politik kekuasaan dan sosial. 

Seperti pernah terjadi tragedi peperangan dan pembunuhan (Protestan dengan Katolik di Irlandia), penjajahan (oleh Belanda di Indonesia), genosida (dengan korban ribuan muslim Bosnia), perbudakan (terhadap ras negro) dan kebijakan diskriminasi yang membedakan ras manusia (apartheid di Afrika Selatan). 

Tapi tentu, ajaran agama mana pun tidak ada yang mengajarkan kekerasan kejahatan. Tetapi akan selalu ada oknum pemeluk agama mana pun, yang memiliki persepsi radikal dan dangkal, untuk membenarkan aksi kejahatan teror yang bermotif ekonomi sosial politik atau kekuasaan.

Sungguh sangat bodoh dan sesat, orang yang melakukan aksi biadab dengan pembenaran dalih keagamaan. Tetapi ada yang lebih bodoh dan lebih sesat dari itu, yaitu orang yang percaya bahwa ajaran suatu agama mengajarkan kejahatan dan kekerasan.

® Majalengka

KASUS AHOK BESARNYA RESPON, MENGAPA?

​KASUS AHOK BESARNYA RESPON, MENGAPA?

Respon masyarakat atas ucapan gubernur non aktif DKI Jaya, Basuki Tjahaya Purnama, sesuatu yang bisa jadi diluar prediksi banyak orang. Apa hanya karena ucapannya di Kepulauan Seribu, respon umat Islam yang begitu menasional?

Satu yang pasti, respon umat Islam sama sekali bukan bentuk kebencian karena perbedaan agama. Karena isu ini tidak ada dalam keriuhan gejolak publik. Pastinya juga bukan karena etnis tertentu. NKRI dan kebhinekaan, adalah sunatullah yang tidak perlu diperdebatkan.

Respon publik ini, lebih sebagai puncak akumulasi dari leader style Ahok selama ini, menyangkut gaya tuturnya di ruang publik, dan beberapa kebijakannya di Jakarta yang memasuki ruang keIslaman, dan memunculkan kegaduhan. Ingat, Kalimantan Barat dan (pernah) Tengah yang mayoritas muslim, dipimpin oleh gubernur non muslim, dan tidak ada gejolak publik. Sebelum Ahok, DKI Jaya pun pernah dipimpin gubernur non muslim dan tidak bergejolak.

Bagi media, gaya Ahok ini tentu menjadi bahan baku menarik bagi menu sajian pemberitaan. Sehingga tercipta mutualis simbiosis, tapi hubungan menguntungkan itu tidak mengikutsertakan banyak publik, ada yang gerah dan geram dengan kenyataan ini.

Dan Ahok dengan gayanya, seperti show one man di layar politik. Dan pendukungnya memberi pembenaran dengan dalih itu sudah karakter Ahok, “lebih baik ucapan kasar tapi memimpin dengan jujur bersih, dari pada ucapan santun tapi korup dalam memimpin”. Pembenaran dan pembelaan ini, kemudian menjadi bumerang bagi Ahok.

Seorang politisi memang harus berstrategi jika ingin terus berkarier meningkatkan posisi, dengan memiliki ciri khas dalam memimpin. Tapi tentu dengan ciri khas yang secara umum bisa diterima. Tidak perlu jika ingin sekadar menunjukan “ini loh gue jujur bersih”, tapi menciptakan konfrontasi dengan banyak fihak.

Kita memiliki juga banyak clean leader, sebutlah Risma Triharini dan Ridwan Kamil atau Ganjar Pranowo, dan secara umum mereka tidak menabur konfrontasi dengan publik. Jadi apa yang kini terjadi tentang respon publik atas ucapan Ahok, lebih karena siapa menabur angin dia akan menuai badai.

FAKTA ILMIAH YANG COBA DIINGKARI

​Ada beberapa fakta yang dibangun secara ilmiah, tetapi ada saja fihak dengan argumennya mencoba mengingkari. Sah dan tentu boleh saja, manusia dengan logika dan kecerdasannya tentu selalu bereksperimen dan berinovasi dalam berfikir. Tetapi bisa jadi hanya sekadar sensasi agar berbeda.

Neil Amstrong dan Edwin Aldrin mendarat di satelit alam bumi, bulan, pada Juli 1969, ada yang mengingkarinya, sebagai rekayasa NASA untuk memenangkan rivalitas terbang ke angkasa luar melawan Uni Sovyet. Faktanya jelas memang mendarat di bulan. Karena pendaratan manusia di bulan, sangat memungkinkan secara teknologi saat itu. Jika NASA merekayasa, tentu mudah diketahui oleh rivalnya, Uni Sovyet.

Planet bumi bentuknya nyaris bulat seperti bola. Fakta yang sangat ilmiah ini, diingkari dengan berteori bumi datar rata seperti cakram. Fakta ilmiah bahwa bumi bulat antara lain, pergantian musim di bumi terjadi akibat sudut miring 23,5 derajat saat berotasi, hanya mungkin jika bumi bulat. Tidak mungkin jika berbentuk cakram. Kutub bumi yang berbulan bulan tanpa siang atau tanpa malam, hanya dimungkinkan karena bumi berbentuk nyaris bulat, mustahil jika datar seperti cakram.

Bumi berotasi pada sumbunya dengan kecepatan sekitar 1600 km perjam, coba diingkari dengan teori bumi diam tidak berputar. Fakta ilmiahnya banyak, diantaranya bentuk bumi tidak sempurna bulat, tetapi diameter katulistiwa lebih panjang, dibanding diameter bumi jika melalui dua kutubnya, ini karena efek dari bumi yang berputar.

Temuan fosil mahluk hidup yang berusia jutaan tahun, diingkari bahwa itu rekayasa ilmuwan. Memang ada kasus ilmuwan berbohong tentang temuan fosilnya, kejadian itu seratusan tahun lalu, tapi motivasi itu untuk popularitas yang bersangkutan, yang dikemudian waktu dusta itu dibongkar oleh ilmuwan dunia. Kini, iptek dunia sudah sangat maju, tidak bisa lagi ilmuwan berdusta dengan temuan fosilnya atau merekayasa fosil ‘bohongan’. Peneliti fosil itu lintas generasi, lintas bangsa dan lintas agama, mustahil orang banyak berdusta dengan rekayasa.

Kecerdasan dan logika manusia diciptakan oleh Allah, agar manusia dapat belajar dan mengungkap ruang kehidupan, untuk kian dekat kepada Allah. Jadi tidak pada tempatnya jika kita apriori, dengan temuan manusia yang didasari oleh kecerdasan yang telah Allah anugerahkan. ® Cigasong

SCHIAPARELLI MENJELAJAH RUANG ANGKASA DAN KEMATIAN

Pekan ini kembali untuk kali yang kesekian, objek buatan manusia mendarat di planet merah Mars. Robot penjelajah berbobot 600 kg, Schiaparelli, lepas dari wahana induknya yang tanpa awak, Trace Gas Orbiter, di orbit Mars untuk mendarat di permukaan Mars.
Dibutuhkan 7 bulan waktu dari bumi dalam perjalanan sejauh setengah milyar kilometer. Jarak yang begitu sangat dekat dalam konteks alam semesta yang tidak memiliki batas. Tetapi menjadi jarak yang masih sangat luar biasa jauh bagi peradaban manusia.
Dibutuhkan waktu, biaya besar, kekuatan dan kecerdasan bagi manusia untuk menjelajah alam semesta yang tidak berbatas, yang berisi milyaran galaksi. Dimana setiap galaksi berisi jutaan sistem tata surya. Dan planet bumi kita, menjadi bagian dari sistem tata surya matahari. “Hai jin dan manusia, jelajahilah langit dan bumi, kamu tidak akan sanggup, kecuali dengan kekuatan kecerdasanmu” ( Qur’an, surat 55 ayat 33 ).
Ingatkah kita, bahwa suatu ketika, setiap kita pun akan dengan mudah dan cepat, melintas menuju alam tanpa batas, dengan kendaraan kematian. Kita akan berada di alam yang belum pernah kita lihat dan rasakan sebelumnya. Jika alam semesta yang maha luas saja tidak bertepi, kemana dimana alam yang akan kita tempati setelah kematian? Subhaanallaah.

Masihkah kita berbangga dan arogansi dengan kehidupan dunia yang sangat sesaat ini? Dapatkah kita menghindar dari perjalanan kematian ke alam keabadian? Apa yang bisa kita bawa kelak? Apa yang akan terjadi dan kita alami kelak dikeabadian waktu? Tangisilah kehidupan selagi kita masih di dunia. Ataukah kita ingin menangisi kehidupan, saat kita nanti sudah di alam kematian?
® Cigasong

ALQUR’AN ALMAIDAH AYAT 51

Ada hukum Islam yang memerlukan kekuatan dalam konteks kekuasaan untuk ditaati, misal hukum bagi pelaku kriminal. Aturan seperti ini memerlukan perundangan, seperti apa yang kita lihat di Saudi Arabia. Tidak bisa dilakukan begitu saja oleh antar individu muslim.
Ada aturan Islam yang otomatis mengikat setiap muslim. Misal larangan minum miras, makan babi, menjalankan bunga riba, muslim memperlihatkan aurat. Aturan ini tidak menunggu adanya perundangan dari negara.

Demikian pula aturan yang terdapat dalam surat Almaidah ayat 51 tentang memilih pemimpin, dan diayat lainnya dengan substansi sama, mengikat setiap muslim untuk mentaatinya. Substansi ayat tersebut sangat jelas dan benderang, tidak membutuhkan penafsiran, dan tidak perlu sebuah perdebatan.

Apalagi dalam konteks dimana muslim menjadi mayoritas disuatu tempat. Persoalan menjadi berbeda jika muslim sebagai minoritas. Seperti muslim di USA menghadapi Pilpres mendatang, tentu bisa bersikap lain, misalkan dengan memilih Hillary Rodham Clinton.

Jika seorang muslim mengingatkan muslim lainnya dalam konteks memilih pemimpin, dan berdalil dengan surat Almaidah ayat 51, maka muslim tersebut sama sekali tidak dalam posisi membohohongi muslim lainnya. Dan tentu Qur’an pun bukan media untuk membohongi umat muslim. Karena itu adalah fakta hukum Islam yang harus ditaati setiap individu muslim.

Dalam negara demokrasi seperti Indonesia, setiap WNI dengan latar agama atau etnis apa pun, boleh dan bisa dicalonkan sebagai pemimpin. Sama bolehnya ketika seorang muslim mengingatkan muslim lainnya untuk ingat dan taat dengan substansi Qur’an Almaidah ayat 51.

Bolehkah muslim mengingkari dan tidak taat dengan ayat 51 surat Almaidah? Itu hak setiap muslim, yang tentu akan dipertanggungjawabkan secara individu kepada Allah. Karena sekuat setinggi sebesar sehebat apa pun kita, pada akhirnya kita akan mengalami kematian. Dan di akhirat hanya kepada Allah kita bertanggung jawab, bukan kepada penguasa dunia.

® Cigasong

KANJENG DIMAS TAAT PRIBADI, KLENIK DAN TAHAYUL

​Munculnya kasus ‘Kanjeng Dimas Taat Pribadi’ di Probolinggo, yang diantaranya konon ‘sakti’ bisa menggandakan uang, sangat tidak mengejutkan. Kasus semisal praktek ‘Kanjeng Dimas’, mungkin masih ada tetapi belum terungkap. Kasus semisal itu, sudah pernah ada dan tidak terbilang oleh jemari kita.

Kasus semisal itu akan selalu ada. Dan korban yang terjerat dengan praktek irasional seperti ini, akan terus berjatuhan. Selama dan selagi masih saja ada masyarakat kita yang percaya dengan pemikiran tahayul, sesuatu yang jelas tidak ada, tetapi diyakini ada.
Sangat banyak hal tahayul yang jelas tidak bisa dan tidak ada, tetapi kita yakini ada malah membuat kita takut karena yakin adanya. Tingginya kecerdasan dan pendidikan seseorang, tidak serta merta membuat kita bebas dari pemikiran tahayul yang jelas tidak ada.
Konon ilmu santet yang dapat mencelakakan dan membunuh, diantara contoh hal yang tidak ada, tetapi sebagian masyarakat kita percaya itu ada. Jika ilmu santet benar ada, akan terlalu banyak orang yang celaka dan terbunuh, akibat dendam dan persaingan dalam politik, bisnis dan kehidupan. Faktanya, tidak pernah ada manusia terbunuh karena ilmu santet. Jika pun ada beritanya, lebih karena konon atau persepsi yang keliru dalam menyikapi sebuah kejadian.
Fenomena manusia zaman sekarang bisa berkolaborasi dengan makhluk halus, hingga mahluk halus bisa dipelihara oleh manusia atau dijualbelikan, juga contoh yang begitu diyakini dalam masyarakat. Kadang untuk membenarkannya, menggunakan argumen keagamaan. Fenomena itu memang benar pernah ada dan terjadi, tapi itu dizaman para Nabi, sebuah kekhususan dari Allah. Tidak bisa dilakukan manusia zaman kini !
Atau yang populer, seperti praktek klenik susuk, pesugihan atau semisalnya, praktek tersebut memang ada di masyarakat. Tetapi tentu dan pasti, tidak akan pernah bisa membawa kemanfaatan hasil atau menguntungkan bagi orang yang menggunakannya.
Keputusasaan dalam hidup, keserakahan untuk memperoleh dunia, pemahaman agama yang kurang dan keliru, diantara penyebab manusia yakin dan terpikat oleh praktek praktek tahayul yang menyesatkan. Hidup adalah tentang logika dan rasionalitas. Hanya satu hal dimana kita boleh keluar dari logika dan rasionalitas, yaitu dalam hal keimanan dan kekuasaan Allah.
® Cigasong

DOA DAN AIR MATA IBU TUA

Ibu tua berhijab itu masih menyisakan asa yang belum lagi terjual. Padahal petang telah menghilang, kegelapan dalam samar menghadang. Tapi, jalan hidup yang dilalui wanita kuat tersebut tetap terang, sebab asanya menerawang benderang, melampaui batas kegelapan. 

Terkadang, hidup berat dan penat, susah dan berpayah. Ibu tua itu tak kalah dalam melangkah. Membeli asa yang dia jual, memberi asa hidup buatnya. Dibalik mata yang berkaca kaca menatap, ibu tua itu menghilang dikelokan jalan yang mulai remang dilalui petang.

Ibu tua berjilbab dengan beban asa yang dijualnya, menyusuri jalan ridhoNYA. Ibu tua singgah sesaat dirumahNYA, sebab DIA memanggilnya di pintu petang. 

Terkadang hidup dirasa seperti tidak adil, tapi sesudah dibatas tepi akan ada keadilan hakiki. Dunia, terkadang membuat kita susah dan berpayah, tapi iman membawa kita bahagia pada sesudahnya. 

Telah punah rasa iman, bila kita enggan walau sekadar berbagi empati simpati untuk sesama yang lemah dan susah. Sungguh tak ada rezeki yang bisa dibagi untuknya, tetapi kata doa padaNYA, semoga rezikiNYA membuat ibu tua tetap memiliki asa.
® Jakasampurna Bekasi

BENCANA GARUT DALAM CERITA DOA

​Malam telah berlari jauh kebatas larut. Melelapkan kita dibalik kehangatan selimut. Air ingin bercerita mengabarkan akan ada duka, tapi tak bisa berkata, hanya gemuruh dalam dingin. Cimanuk malam itu membawa amuk yang berkecamuk. 

Banyak jiwa karenanya jatuh tenggelam remuk. Rumah rumah porak poranda menjadi puing yang bertumpuk. Ketika jasad jasad tak bersalah terbujur kaku dan membeku. Berlumur darah karena ulah sifat manusia yang serakah. 
Akankah jiwa yang hilang akan menyadarkan kita? Akankah tangisan anak tak berbapak membuka telinga nurani kita untuk didengar? Sahabatilah alam kita. Berjabatlah dengan bukit bukit kita. Berilah senyum kepada pohon pohon peneduh.
Cimanuk adalah detak nadi hidup berjuta kita. Tapi, kebaikan kedamaian Cimanuk dirusak dan dijarah oleh manusia serakah. Nisan bertuliskan telah matinya kepedulian diatas pusara jasad jasad tanpa salah. Doa hanyalah sekeping suara yang retak dalam kata terbata bata.
Amarah kita hanyalah isak tanpa suara. Kegeraman kita bukanlah kuasa untuk mengalahkan keserakahan. Dibawah langit hitam yang sunyi, kita mengadu tanpa suara tentang laku keserakahan. Mereka mungkin tak mendengar keluh kita. Tapi DIA akan memberi keadilan tentang laku kita.
® Cigasong

HIJABNYA AKTRIS RINA NOSE

Ketika seorang muslimat memutuskan berhijrah dengan mengenakan hijab, adalah hal biasa. Menjadi agak tidak biasa, mungkin menjadi sesuatu, ketika dia berprofesi sebagai aktris. Suatu profesi yang bisa jadi dipersepsikan memiliki jarak dengan hijab.
NURINA PERMATA PUTRI atau publik mengenalnya sebagai RINA NOSE, kini telah mendekatkan profesi keaktrisannya, bahkan menyelimutinya dengan hijab. Hijab bagi muslimat, adalah hal biasa karena sebuah keharusan. Tetapi mungkin belum menjadi keumuman yang menyeluruh. 

Tentu menjadi berbeda dan sangat menyentuh, bila keputusan untuk berhijab datang dari seorang aktris. 
Hijab sama sekali bukan klaim kesempurnaan seorang muslimat. Karena kita tidak pernah mungkin mencapai puncak kesempurnaan. Tetapi hijab adalah salah satu cara dari upaya memperoleh ridho ALLAH. Hijab yang dijadikan sekadar mode atau agar terlihat beda, bisa saja tidak beroleh ridhoNYA, tapi setidaknya dengan hijab tersebut, minimal tidak menambah dosa akibat memperlihatkan aurat. 

Banyak hal kemunkaran yang kita menyadari sebagai dosa, dan membuat kita menyesal karena melakukannya. Tetapi tidak berhijab bagi seorang muslimat adalah suatu kemunkaran, yang bisa jadi tidak dirasakan sebagai perbuatan dosa. 

Kita bisa saja menunda untuk mengenakan hijab, dan merencanakannya nanti saja jika kita sudah tua, ketika wajah sudah tidak menarik lagi untuk dilihat. Tetapi iringi juga dengan doa dan harapan, semoga usia kita dapat mencapai masa tua. Karena kita tidak akan pernah tahu, bahwa KEMATIAN bisa datang lebih cepat, dibanding rencana kita untuk bertaubat. 

Ketika kita menulis sebuah rencana untuk bertaubat tahun depan, maka KEMATIAN bisa datang esok lusa atau bulan depan. Fisik yang sehat wal’afiat, juga usia muda, bukanlah benteng yang dapat melindungi kita dari KEMATIAN.

Kita memiliki kekuatan untuk seketika mencari dan memperoleh hidayah, tetapi arogansi dan ego hidup, membuat kita berdiri menjauh dari hidayah. Ketika kita mengatur rencana bahwa mendapaatkan hidayah butuh waktu untuk berproses, maka renungkanlah bahwa KEMATIAN menghampiri kita tanpa berproses. Kematian bisa datang kepada kita dengan berlari cepat, ketika kita menghampiri hidayah dan pertaubatan dengan berjalan lambat.

  • ® Cigasong Majalengka

MIKE MOHEDE, KEPERGIAN YANG MENGINGATKAN

Lagi dan kembali, kita diingatkan dan dibelajarkan dari mereka yang telah pergi mendahului. Kepada kepergian yang tak kan pernah kembali. Mike Mohede, penyanyi bersuara emas itu, telah menutup mata diusia muda tanpa kita kira.

Tiada satu pun tempat, yang aman membuat kita selamat, jika ajal telah mendekat. Tiada satu waktu, yang membuat kita bisa berlalu, jika kematian telah menunggu. Haruskah kita khawatir dengan takdir yang menjadi kata akhir? Takut dengan maut yang pasti menjemput?

Kehidupan sejatinya adalah ruang tunggu menanti kematian. Setiap kita sungguh ada dalam waiting list dari antrian itu. Kita bisa berhati hati untuk tidak pernah mengalami kecelakaan atau sakit penyebab kematian. Tapi, kita tak memiliki daya juga upaya untuk berlepas dari kematian itu sendiri.

Hanya sekali dan begitu sesaatnya, kesempatan kita di ruang kehidupan dunia. Dan sekali sesaatnya kehidupan dunia, inilah yang lebih menggoda dan selalu kita khawatirkan. Kapankah maut itu menjemput? Apa yang akan terjadi pada kita, setelah kita terpisah oleh kehidupan dunia?

Menangislah untuk kematian kita yang pasti akan dialami. Mengapa kita hanya bisa menangisi kematian orang lain? Khawatirilah begitu sedikitnya ketaqwaan kita. Mengapa kita hanya bisa khawatir, dengan sedikitnya kehidupan dunia yang kita peroleh?

Makin jauh langkah kaki kehidupan kita, maka kian dekat kita berada dengan waktu kematian. Rahasia kematian yang tidak pernah kita ketahui, itulah yang menjadi sebab, mengapa kita tidak pernah berpikir dan merenung akan bagaimana setelah kita mati nanti.

Persiapkan dan susun rencana kita, untuk taat beribadah dan bertaubat jika kita sudah berusia tua nanti. Tapi ingatlah, bahwa kematian bisa datang lebih cepat dari apa yang kita rencanakan. Kita bukanlah Freddy Budiman, yang tahu kapan akan wafat, hingga sempat lebih dahulu bertaubat.

Kita mungkin manusia beruntung yang bukan terpidana mati. Tapi karena kita tidak tahu kapan kematian akan datang, membuat kita tertawa lupa dan terlena, hingga kita lalai dalam ketaqwaan dan menunda nunda pertaubatan.
® Cigasong

FREDDY BUDIMAN DAN PERTAUBATAN

FREDDY BUDIMAN, PERTAUBATAN DAN KEMATIAN

Pria asal Surabaya tervonis mati kasus narkoba, Insya Allah diketenangan malam akan pergi menghadap pencipta malam, pergi kepada pemilik ketenangan. Tak akan ada lagi duka dan air mata Freddy Budiman, karena pemilik kasih Insya Allah akan memberinya senyum.

Berbahagialah mereka yang pergi dalam senyumNYA. Freddy akan pergi setelah mempersiapkan jalan panjang kepadaNYA. Vonis mati Freddy akan dijalani, ketika grasi tak lagi diberi. Tapi, sungguh pertaubatannya tak akan ditolakNYA.

“Sungguh Dia maha penerima taubat” dan “kebaikan yang terakhir, dapat menghapus dosa dosa sebelumnya”, demikian janji pemilik kasih dalam Qur’an, dan DIA tak kan pernah mengingkari janji. Allah sangat senang ketika seorang manusia bertaubat dengan kesungguhan.

Berbahagialah mereka yang wafat selagi mengingat, dan berakhir selagi dzikir. Berapa banyak kita, yang pergi kala terlupa dan terlena oleh goda dosa dunia. Hanya sedikit saja diantara kita yang tahu bilakah kematian tiba.

Sementara tidak sedikit yang terlena dan lupa, karena tidak pernah tahu bilakah ajal itu datang. Hingga terkadang ajal datang ketika manusia tengah tertawa, dan tenggelam dalam kemaksiatan.

Dia yang menangis di dunia karena mengingat dosa, DIA akan memberi tawa dalam kebahagiaan surga. Dia yang tertawa dan lupa oleh dosa dunia, akan menangis dalam penyesalan yang tiada berkesudahan.
® Cigasong

USA AND DOUBLE STANDARD

AMERIKA SERIKAT DENGAN STANDAR GANDANYA

Sikap Gedung Putih yang prihatin atas kebijakan orang kuat Turki, Erdogan, pasca kudeta yang gagal, dimana menangkapi sejumlah fihak yang terlibat, yang apa disebut sebagai berlebihan, adalah pernyataan yang sangat tidak mengejutkan bahkan sudah bisa diduga.

Sudah bukan menjadi rahasia dunia, USA menerapkan kebijakan luar negeri dengan standar ganda. USA akan welcome dengan pemerintahan yang bisa mengakomodasi kepentingan USA, sekali pun itu bukan rezim hasil demokrasi bahkan cenderung otoriter.

Dan itu menjadi fakta sejarah dunia, ketika USA mendukung rezim diktator Ferdinand Marcos orang kuat Malacanang, sebelum dijatuhkan oleh people power 1986 pimpinan Corazon Aquino.

Tetapi ketika sebuah kekuasaan berdiri berseberangan dan berbeda dengan harapan Gedung Putih, sekali pun hasil pemilu demokratis, maka akan menjadi lawan bagi Gedung Putih. Dan itu fakta ketika partai Islam, FIS, menang demokrstis dalam pemilu 1987 di Aljazair, tetapi kemudian dibatalkan oleh rezim otoriter yang juga didukung oleh USA.

Atau fakta ketika presiden hasil pemilu demokratis di Mesir, Muhammad Mursi, dikudeta oleh jenderal represif Abdul Fattah Assisi. Dan kini kita sangat tahu, bagaimana Reccep Thoyyip Erdogan, presiden hasil pemilu demokratis Turki, dan memimpin dengan menonjolkan warna keIslaman yang kuat, dan sangat vokal terhadap isu Palestina.

Pernyataan Gedung Putih yang menilai aksi Erdogan pasca kudeta sebagai berlebihan, tentu pernyataan yang berlebihan pula, karena itu menjadi bagian internal Turki. Padahal kita tahu, kebijkan USA saat menginvasi Irak, berlebihan dan itu terbukti ketika Saddam Hussein, tidak terbukti memiliki senjata pemusnah massal seperti yang menjadi dasar alasan invasi tersebut.

Jargon demokrasi dan HAM, tidak ada dalam kebijakan politik luar negeri Gedung Putih. Yang dikenal dan fakta adalah, bagaimana sebuah pemerintahan mau dan bisa dibawah kontrol kepentingan USA.
® Cigasong

KEKELIRUAN YANG UMUM DILAKUKAN SAAT SHOLAT

Ada beberapa kekeliruan dalam sholat, yang dilakukan dan mudah kita lihat sehari hari. Disebut keliru karena ini bukan soal ikhtilaf, karena berlawanan dengan hadits shohih yang ada dan sudah pasti. “Sholatlah kalian, seperti caranya aku sholat”, demikian hadits shohih Rosulullah SAW. Beberapa kekeliruan tersebut antara lain :

Saat takbirotul ihrom, kedua pergelangan tangan diputar 1-2 kali sebelum disedekapkan di dada/perut. Ini tidak pernah ada contohnya berdasar hadits shohih.

Diakhir membaca fatihah, sebelum ucapan Aamiin, mengucapkan “Robigfirlii”. Ini pun tidak ada contoh dan dalilnya berdasar hadits shohih.

Saat ruku, telapak tangan diletakan dibawah lutut atau di tulang kering. Seharusnya tepat di lutut dengan jemari direnggangkan. Dan posisi pungung/kepala harus lurus horizontal.

Itidal terlalu cepat, karena dalam hadits, “Allah tidak menilai sholat yang saat itidal tidak meluruskan punggung”. Ucapkanlah “Sami’ Allaahuliman hamidah” saat bangun dari ruku. Setelah berdiri tenang saat itidal, barulah ucapkan “Robbana walakal hamdu”.

Saat sujud, sikut ditempelkan ke lantai dan rapat ke perut. Harusnya sikut diangkat dan direnggangkan dari perut. Kecuali jika sebagai makmum, barisan shof penuh/rapat, terpaksa boleh sikut dekat ke perut, tapi tetap sikut tidak boleh menempel ke lantai.

Saat akan sujud, karena rambut panjang, tangan menyingkapkan rambut agar dahi tidak terhalang rambut. Ini berlawanan dengan hadits shohih, “Jangan menyingkapkan rambut atau pakaian saat sujud”. Karena lutut yang bagian dari 7 anggota sujud pun, terhalang pakaian saat sujud. Boleh dahi saat sujud terhalang rambut yang juga bagian dari tubuh kita.

Saat sujud, hidung tidak menempel ke lantai. Dalam hadits shohih, “Tidak ada sholat bagi mereka yang sujudnya tidak menempelkan hidung ke tempat sujud”.

Saat duduk, jemari kaki kanan ditekuk kebelakang, harusnya jemari kaki kanan ditekuk kedepan. Juga keliru jika duduk diatas kedua telapak kaki yang menekuk sejajar dengan lantai. Lakukanlah duduk iftirosy dan tawaruk sebagaimana harusnya.

Bacalah surat fatihah saat di rokaat ketiga dan keempat, dengan tenang jangan diwashol seluruh ayat. Contohlah seperti kita membaca fatiha saat sholat Subuh, atau seperti saat rokaat 1 & 2 sholat Maghrib Isya. Karena dalam hadits shohih, “Rosulullah membaca fatiha, seayat berhenti, seayat berhenti”.

Bacalah ayat Qur’an, juga doa ruku, itidal, sujud, duduk antara sujud dan tahiyat serta sholawat dengan tenang, jangan cepat cepat terburu buru. Karena membaca dengan tartil perintah dalam Qur’an. Dan tumaninah dalam sholat adalah wajib berdasar hadits shohih.
® Cigasong Majalengka

AIR MATA, MATA AIR KEHIDUPAN

Tak melulu kita menatap keatas, karena kita pasti selalu ingin melangkah naik. Tataplah tentang kehidupan dibawah, karena begitu banyak makna dalam goresan kata kehidupan.

Banyak kita yang bahkan tak lagi memiliki tempat, untuk menyimpan berlebihnya kebahagiaan. Disana, ada bahkan belum berolehnya walau telah berlari mencari.

Bocah luar biasa, yang bahkan kita tak sanggup memikul beban kehidupan. Dengarlah, denting gemerincing sendok memukul piring, bocah penjual keliling di malam yang hening.

Bocah yang tersenyum memikul beban, mentertawakan kita yang menangis hanya oleh sekeping cinta yang retak. Bocah yang berlari berpeluh memikul beban, mentertawakan kita yang mengeluh tanpa bersyukur.

Dengarlah denting piring bocah penjual keliling, ada alunan nada semangat kehidupan. Bocah yang tak hendak meminta kepada kita.

Kita tak bisa menghapus air matanya, karena si bocah tak lagi memiliki air mata. Kita banyak memiliki air mata, terkadang habis oleh sekeping cinta, atau oleh tusukan duri.

Jika ada yang tertikam tombak tapi
masih bisa tersenyum, haruskah kita menangis hanya karena tertusuk duri? Laparkah kita dengan sepiring nasi? Padahal ada yang hidup kokoh dengan sesuap nasi.

Mengapa menghitung apa yang telah kita peroleh? Bukankah kelak kematian melenyapkan apa yang kita genggam. Berhitunglah tentang apa yang kita beri dan bagi, karena kematian pun bahkan enggan untuk melenyapkannya.
® Cigasong Majalengka

KONSER MUSIK KEHIDUPAN

KONSER MUSIK KEHIDUPAN

Irama orkestra agresi kemaksiatan tengah dikonserkan oleh manusia dipentas dunia. Sebagian penonton dunia bertepuk tangan menikmati musik kemaksiatan. Di panggung orkesta, dosa mengalir dari anak anak manusia.

Sebagian penonton terpingkal hanyut oleh tawa. Ada pula jeritan enggan dan amarah. Tetapi, ada pula penonton yang memalingkan wajah tanpa ekspresi.

Ya, agresi kemaksiatan yang melenakan banyak manusia, tidak (mungkin) dapat dihentikan. Syetan dan sekutunya, sang dirigen kian semangat menggerakan tongkat simponi godaannya.

Sementara nada nada petuah religi, belum juga membangunkan pendosa dari mimpi kemaksiatan. Padahal bunyi musik kematian, begitu dekat dengan gendang telinga kita. Tinggal sepenggal saja, bait lagu tersisa diakhir waktu.

Lagu dunia menghanyutkan kita untuk lupa dan melupakan. Denting not not kebenaran bak lagu sumbang yang enggan kita dengar. Musik kemaksiatan begitu merdu didengar, membuat sebagian kita terlena dalan tarian dosa.

Semoga, telinga kita masih tajam dan jernih untuk mendengar pesan nada religi. Mata kita masih awas dan tajam untuk membaca not not kebenaranNYA. Hingga kita tetap selalu mengaransemen lagu kehidupan kita agar lebih baik.

Ingat, ‘aku jauh, Engkau jauh. Aku dekat, Engkau dekat’. Segera ‘Taubat’, agar kita menuju ‘Surga’. ‘Bila saatnya tiba’ kita tak akan lagi kembali. Bahwa ‘dunia panggung sandiwara’ yang sekali dan sesaat.
* Rachmat Cigasong Majalengka

PERDA DAN WARUNG KULINER SIANG ROMADHON

PERDA DAN WARUNG KULINER SIANG ROMADHON

Romadhon bagi yang jeli melihat peluang usaha, bisa mendatangkan keuntungan dengan usaha kuliner. Dan siapa pun yang berjual kuliner, seperti yang umum kita temukan bak cendawan dimusim hujan, tidak dilarang dan tidak ada yang melarang.

Para pedagang memamerkan makanannya secara transparan. Dan pembeli terkadang menyemut. Baik pedagang dan pembeli tidak pernah khawatir dengan insiden razia yang datang tiba tiba. Sikon ini sudah mentradisi, karena ada nilai nilai toleransi tidak tertulis yang dijaga.

Pada sisi lain, kita juga melihat warung warung makan yang menyediakan makan ditempat, dan buka disiang hari Romadhon. Tetapi pemandangan yang tidak normal, ketika warung makan tersebut ditutup tirai, menutup diri.

Mengapa harus ditutup tirai? Mengapa harus malu untuk makan? Jika kita merasa salah dan malu karena makan di siang Romadhon, mengapa harus menutup diri? Apakah Tuhan tidak dapat melihat karena tertutup tirai?

Apakah umat Islam yang sedang berpuasa harus dihormati? Jelas tidak perlu. Dihormati atau tidak, toh puasa adalah kewajiban setiap muslim yang mampu. Tetapi kita sebagai muslim, tentu harus menghormati bulan Romadhon.

Yang kita hormati adalah ruang waktunya, bukan objek pelaku yang sedang berpuasa. Tentu wajar, mengingat kita hidup di NKRI dimana muslim mayoritas. Menjadi berbeda persoalannya, jika kita hidup di Eropa atau Amerika.

Apalagi Romadhon hanya 12% dari waktu setahun. Dan siang hari Romadhon kurang 50% dari waktu sehari. Belum cukupkah kita mencari rezeki disisa waktu yang lebih banyak?

Jika perda yang melarang orang berjualan dan makan terbuka di siang Romadhon adalah keliru, apakah perda yang membatasi jam operasional tempat hiburan malam di bulan Romadhon juga keliru?

Lalu apakah penutupan bandara internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali, karena menghormati hari raya Nyepi keagamaan juga keliru? Marilah kita cerdas dan bijak. Jangan ada standar ganda, dalam menyikapi sebuah permasalahan dalam konteks yang hampir serupa.
® Cigasong Majalengka

INGAT SHOLAT TAUBAT AKHIRAT

INGAT SHOLAT TAUBAT AKHIRAT

Jika Adzan Subuh bergemuruh,
sholatlah dengan sungguh,
bertaubatlah dengan hati penuh,
maka segala dosa pun kan luruh…

Bila tiba waktu Dzuhur,
lekas tafakur dan bersyukur,
ingat kelak waktu uzur,
ingat saat di liang kubur…

Bila adzan Ashar terdengar,
Ingat Allah itu maha besar,
Hidup itu sekali dan sebentar,
Berbuatlah amal yang benar…

Saat Maghrib berkumandang,
lekas datang dan sembahyang,
sebab petang cepat menghilang,
berdzikirlah dengan jemari berbilang,

Isya datang dimalam panjang,
janganlah waktu terbuang,
karena kantuk kan menjelang,
jangan Isya ditunda dan menghilang…

Apakah kita tiada rasa takut,
bila Izrail datang menjemput,
kemana bila nyawa tercabut,
surgakah nerakakah menyambut?

Jangan meninggal membawa sesal,
bersegera sebelum datangnya ajal,
hidup di dunia hanya sepenggal,
hidup akhirat panjang dan kekal…

Ingat jangan sampai terlambat,
kerjakan dan dirikan sholat,
tinggalkan maksiat segera taubat,
agar selama dunia hingga akhirat…
® Cigasong Majalengka

AJARAN NABI ISA DAN ISLAM

Beberapa ritual ibadah yang khas diperbuat oleh umat Islam, tetapi tidak dilakukan oleh umat lain, ternyata dilakukan oleh dan terjadi semasa hidup Nabi Isa a.s bin Maryam.

Khitan kulit kelamin bagi lelaki muslim, begitu familiar dan mendunia, dilakukan Muslimin bukan karena faktor medis semata. Tetapi karena memang keharusan dan syariat Islam. Khitan ini pun dialami oleh Nabi Isa a.s bin Maryam, saat berusia 8 hari (Injil Lukas 2:21). Uniknya, khitan/sunat ini kemudian menjadi syariat keagamaan oleh Islam saja.

Ritual doa dan kurban sembelihan hanya karena Allah, untuk seorang bayi yang baru beberapa hari dilahirkan, dilakukan oleh keluarga muslim jika mampu. Dikenal sebagai aqiqah dengan menyembelih hewan kambing. Dan Nabi Isa a.s bin Maryam saat bayi pun demikian, pada usia 40 hari melakukan ritual pentahiran, dengan mengurbankan 2 ekor burung (Injil Lukas 2:22-24).

Ibadah puasa berturut turut sebulan penuh oleh umat Islam, begitu familiar dan menjadi salah satu ikon ibadah agama Islam. Dan Nabi Isa a.s bin Maryam pernah berpuasa berturut tutut, yaitu selama 40 hari. Ketika itu bertepatan, saat beliau diuji dan digoda oleh iblis (Injil Matius 4:2).

Sholat yang merupakan ibadah doa, dan diantara gerakannya dengan bersujud kepada Allah, adalah kewajiban utama bagi setiap Muslim. Dan Nabi Isa a.s pernah juga, bersujud dan berdoa kepada Allah yang maha esa. Saat itu, Nabi Isa a.s berdoa dengan sungguh sungguh, penuh rasa takut hingga bercucuran keringat. Beliau berdoa memohon pertolongan kepada Allah Bapa (Matius 36:39).

Ketauhidan atau mengimani bahwa Tuhan itu maha esa, adalah esensi keimanan Islam yang sangat fundamental. Ini sangat pararel, dengan ajaran tauhid yang diajarkan oleh Nabi Isa a.s kepada umat beliau.

Nabi Isa a.s berdoa kepada Allah Bapa, “Hidup yang kekal adalah bahwa manusia mengenal Engkau, satu satunya Allah yang benar. Dan mengenal aku yang telah diutus oleh Engkau.” (Injil Yohanes 17:3).

Dan ajaran tauhid yang diajarkan oleh Nabi Isa a.s sangat kental, saat beliau bersabda kepada para muridnya, “Jangan sentuh aku, sebab aku belum pergi kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada para saudaraku, dan katakan kepada mereka, bahwa sekarang aku akan pergi kepada Bapak aku yang juga bapak kamu. Yaitu Allah aku yang juga Allah kamu.” (Injil Yohanes 20:17).

Dan saat Nabi Isa a.s ‘wafat’, beliau dibungkus dengan kain kafan putih, oleh murid beliau, Yusuf Aritmatea (Injil Matius 27:59). Dan cara ini menjadi syariat Islam dalam prosesi pemakaman seorang muslim yang wafat. Dan tidak menjadi syariat keagamaan selain oleh Islam.

Dalam Islam, mengimani bahwa Isa a.s bin Maryam adalah Nabi juga Rosul, yang diutus ke dunia oleh Allah yang maha esa, adalah salah satu syarat mutlak keimanan. Islam sangat memuliakan Isa a.s seperti juga memuliakan Sulaiman bin Daud, Daud bin Isai atau Luth yang berdakwah di Sodom Gomora. Yaitu memuliakan dan mengimani sebagai manusia yang diutus ke dunia oleh Allah.
® Cigasong Majalengka

SURAT DARI ENO DI SURGA

SURAT DARI ENO DI SURGA

Hidupku memiliki banyak rencana
Aku mencintai orang tua dan keluarga
Untuk itu aku berbuat dan bekerja
Aku ingin melihat mereka bahagia

Dari Serang ke Tangerang aku pergi
Merajut asa hari hari kujalani
Aku hidup mandiri seorang diri
Aku ingin wujudkan segala mimpi

Aku juga gadis masa kini
Ku mencintai dan ingin dicintai
Aku pun memiliki teman lelaki
Tapi selalu aku rapat menjaga diri

Mereka meminta aku tak bisa
Ku meronta tapi mereka memaksa
Aku mengiba mereka jalang menyiksa
Aku tak berdaya mereka memperkosa

Wajahku pias oleh laku beringas
Aku ketakutan dibekap syetan
Aku menangis ditikam iblis
Aku mengerang diterkam binatang

Aku gadis desa tak ikhlas diperkosa
Aku lugu difitnah telah bercumbu
Aku tak bisa berkata untuk membela
Aku tulis surat agar dunia melihat

Mereka kejam aku dalam diam
Aku terbungkam mereka menikam
Mereka menusuk hingga rusuk
Mereka berlari ketika aku pergi

Merah darahku telah tertumpah
Luka menganga jadi pertanda
Kini aku terbujur dan terkubur
Batu nisan sebagai ingatan

Kepergianku harus menjadi cerita
Allah menciptakan tentang cinta
Bukan wanita untuk obyek derita
Cintai kasihi lindungi wanita
® Rachmat Hidayat Majalengka

KETIKA NEGARA KALAH DAN TAKLUK

KETIKA NEGARA KALAH DAN TAKLUK

Setelah para koruptor merajalela dan mengalahkan negara Indonesia, negara bertekuk lutut dibawah telapak kaki para koruptor, dengan fakta tidak pernah ada koruptor yang divonis mati. Negara Indonesia kembali takluk dan tak berdaya, kini oleh kebiadaban ‘anak dibawah umur’.

Ini akibat produk hukum kita sudah usang, ketinggalan kereta, tidak lagi akomodatif dalam menyikapi situasi dan kondisi terkini. Revolusi hukum menjadi kebutuhan urgent, dengan merevisi perundangan hukum. Perberat sanksi hukum bagi kejahatan biadab.

Hukum harus menghukum terdakwa dengan ancaman minimal, bukan lagi ancaman maksimal. Ini juga untuk mencegah vonis bisa diperjualbelikan. Subyektifitas seorang hakim, kadang menyakiti rasa keadilan masyarakat. Jangan lagi ada pengecualian berapa usia pelaku untuk kejahatan biadab. Indonesia memiliki jutaan generasi muda yang baik. Tidak membutuhkan segelintir ‘anak dibawah umur’ yang faham memperkosa dan membunuh.

Solusi memberantas kriminalitas bukan melalui pendekatan moral dan agama, karena manusia tidak pernah takut dengan ancaman azab neraka. Hanya satu yang umumnya manusia takuti dalam hidup, yaitu kematian. Vonis mati dan hukuman maksimal, adalah solusi dalam mencegah kejahatan kian merajalela.

Negara juga tidak perlu terganggu dengan fihak fihak yang menolak vonis mati. Negara tidak boleh terus kalah dan bertekuk lutut. Keadilan hukum, harus menggunakan opini dan persepsi dari keluarga korban kejahatan.

Jika negara tidak mampu merevisi produk hukum, untuk memperberat  sanksi hukum dan ancaman vonis minimal, bagi pelaku kejahatan besar dan biadab, maka negara terus dikalahkan oleh para pelaku kriminal. Kasus Yuyun dan Eno, harus menjadi momentum untuk merevisi perundangan hukum.

R.I.P HUKUM INDONESIA

R.I.P HUKUM INDONESIA

Kembali ‘anak dibawah umur’ berperilaku melebihi kejahatannya orang diatas umur. Buku tafsir ‘anak dibawah umur’ harus dibuka dan ditulis ulang. Apakah tafsir ‘anak dibawah umur’ kaku berdasar selembar kertas akte lahir?

Pantaskah ‘anak dibawah umur’ bisa memperkosa? Membunuh? Membunuh dengan sadis? Masihkah kita melakukan pembiaran, hanya memberi sanksi ringan kepada pelaku dengan dalih ‘anak dibawah umur?’.

Alasan sebagai generasi muda yang masih bisa diperbaiki perilakunya? Semiskin itukah Indonesia tidak memiliki jutaan remaja lainnya? Hingga seolah Indonesia akan runtuh jika memvonis mati ‘anak dibawah umur’.

Pasal ‘anak dibawah umur’ sangat mengganggu rasa keadilan pada keluarga korban. Akhirnya, hukum kita telah bertekuk lutut dan kalah, tidak hanya konon oleh uang, tapi juga oleh ‘anak dibawah umur’.

Kini, ‘anak dibawah umur’ berada diatas angin, hanya bermodal selembar kertas akte lahir, memiliki keberanian kekuatan untuk memperkosa membunuh tanpa rasa takut oleh sanksi hukum yang cuma 10 tahun penjara, apalagi dikurangi remisi. Memperkosa? Membunuh? Siapa takuuuttt !

Tidak perlu kita bertameng jargon HAM, berpura pura sebagai pahlawan kemanusiaan. HAM hanya untuk manusia yang juga mau menghargai kemanusiaan. Bagi pemerkosa pembunuh hapus istilah ‘anak dibawah umur’. Pelaku pemerkosa pembunuh adalah an**** yang sangat layak divonis mati, berapa pun latar usianya. Karena ‘anak dibawah umur’ mustahil bisa memperkosa membunuh !

#RIPhukumIndonesia

GODA CINTA BUTA MEMBAWA PETAKA

Belum lagi air mata duka kita berhenti berjatuhan, ketika tanah kubur masih memerah, oleh korban korban perkosaan dan pembunuhan. Kini dan lagi, atas nama cinta, gadis belia pergi untuk tak pernah lagi kembali. Tangis mengiris, kisah tragis nan sadis.

Bukan kali pertama, cinta buta membawa petaka. Cinta yang berawal kasih, menjadi kisah berakhir pedih. Cinta yang membangkitkan asa hidup, cinta pula panggilan sebuah kematian.

Dan pembunuhan berlatar asmara, hampir seluruhnya dilakukan oleh pelaku yang sangat dikenal juga dekat, ada didalam lingkaran pertemanan korban. Oleh pelaku yang kita tidak pernah mengiranya.

Yang muda yang bercinta, terkadang tak memiliki kalender dan jam waktu. Bagi mereka waktu adalah sekarang, tidak tahu tentang esok dan lusa.

Karena cinta datang bersama janji dan kadang godanya melupakan. Merayu dalam nafsu yang berpacu, melupakan daratan logika, tenggelam di lautan birahi. Hingga tersadar ketika sesal datang menyapa dikemudian.

Perlu sebuah cahaya bagi kita dalam menerangi kegelapan zaman. Cahaya dunia akan padam, tetapi cahaya DIA menerangi tiada berkesudahan.

Perlu pagar kokoh untuk menjaga halaman rumah kehidupan. Pagar dunia dapat roboh oleh ngengat atau hembusan angin. Tetapi pagar DIA kokoh tak mungkin roboh, menjulang tanpa pernah tumbang.

Musibah dan ajal datang tanpa bisa diduga. Sekali pun kita berjaga dan menjaganya. Waspadalah dan persiapkanlah akan kematian, bukan dengan cara menghindarinya.
*rachmat hidayat majalengka

CERITA DOA PADA KERETA

Kereta api ekonomi ini merakyat, melaju perlahan dijalan menanjak di eks keresidenan Banyumas. Hela nafas kereta, bergemuruh mengguncang gerbong. Dari gerbong terakhir, terlihat lokomotif didepan tak lelah mengajak delapan gerbong mengekor semenjak Senen Jakarta.

Nun jauh dikiri, Slamet tersenyum menggoda, mengajak untuk mendaki. Slamet pernah menatap ketika kami di puncak Ciremai. Diketinggian puncak, Ciremai Slamet bak dua bersaudara, yang saling dapat melihat dan bertegur sapa.

Didalam gerbong, rasa kenyang tetap membuat kami iba, untuk sekadar membeli penganan dari ibu renta yang berjual asa kehidupan. Seperti lokomotif yang tak pernah lelah berlari, ibu renta ini pun perkasa mencari asa.

Ibu renta, memberi uang kembalian ketika kami membayar asa yang dia jual. Kami ‘berbohong’ karena iba, “ibu, uang kembaliannya lebihan dua puluh ribu, ini kami kembalikan, ibu lebih saat menghitung”. Ibu renta sedikit bingung, tapi kami ‘memaksa’ uang pada genggamannya.

Kereta terus berlari menembus kegelapan malam. Hingga jam mengingatkan kami ketika Subuh menyapa datang bersama fajar. Ketiadaan air, tak menjadi aral bagi kami untuk selalu bersyukur pada-MU. Dalam duduk tanpa bisa sujud, ketika bising oleh gemuruh besi rel dan jerit mesin kereta, sungguh kami dapat mendengar dikeheningan panggilan-MU ya Robb.

Engkau pemberi nikmat kehidupan. Engkau pemberi kemudahan agar kami senantiasa mengingat-MU. Ya Robb, jangan kami menjadi hamba yang lalai sesudah Engkau berikan kemudahan dalam hidup. Ya, Robb, jangan kemiskinan hidup menjadikan kami kikir dalam berbagi. Jangan beri kami kekayaan, sungguh kami takut menjadi hamba yang pelupa dan tergoda karenanya.

KEKERASAN DALAM KESEHARIAN

KEKERASAN DALAM KESEHARIAN

Kekerasan dan kriminalitas menjadi headline pemberitaan dipekan pekan terkini. Dan telah menjadi keseharian kita. Kekerasan bisa jadi, menjadi alternatif pilihan dalam menyelesaikan persoalan bagi sebagian kita.

Invasi kekerasan moral dengan ragamnya, mudah ditemukan dibanyak segmen masyarakat kita. Pranata sosial kita, telah mengalami dekadensi moral. Dan itu adalah bentuk kegagalan kita sebagai bangsa, kegagalan sistemis yang memunculkan banyak kekerasan dan krimininalitas yang terjadi di masyarakat.

Ketika kita lemah atau tidak mampu mencegah pemicu demoralisasi di masyarakat, harusnya kita memiliki power personal agar demoralisasi tidak kian melebar dan mengakar.

Meriuhnya pornografi, meriahnya perzinahan, mudahnya meraih miras, dan preseden kerusakan moral yang dipertontonkan dalam kehidupan, dan semua itu dipertontonkan dalam banyak media dikeseharian, sangat ditengarai menjadi diantara pemicu dan pemacu demoralisasi dalam masyarakat.

Pendidikan agama dan moral yang berbasis keluarga, bisa menjadi sebuah jawaban untuk membangun keindahan moral. Waktu yang berjalan, memang dapat melajukan percepatan demoralisasi. Keimanan dapat melambatkannya, minimal bagi diri kita sendiri.

PRAY FOR SURIAH

DUKA PADA MATA PENA
#PrayForSuriah

Bising peluru peluru menderu,
Senapan mengintip di lubang kematian,
Lubang kubur penuh jasad terbujur,
Kalah berbilang ribuan jenazah…

Darah menumpah memerah,
Asa binasa tanpa sisa,
Langit tak lagi membiru,
Bumi tak lagi bisa dipijak…

Dahaga air tak lagi mengalir,
Pangan tak lagi jadi santapan,
Hidup tak lagi tahu esok lusa,
Penanggalan bak berakhir dihari ini…

Ibu tak lagi memeluk anaknya,
Anak tak lagi memanggil ibunya,
Suami tanpa lagi isteri disisi,
Isteri berlari mencari cari suami….

Diluar sana kita gelak dalam tawa,
Pangan terbuang rasa kenyang,
Air tertumpah melimpah ruah,
Ibu menyusui anak suami disisi isteri…

Kita hanya mendengar dalam kabar,
Itu pun tak membuat kita gusar,
Duka dan luka itu terlihat samar,
Apakah ukhuwah telah memudar…

Duka SURIAH mengoyak rasa,
Isak ku meriuhkan semesta,
Rapal do’a do’a aku meminta,
Pada sebuah pena kutulis duka…

KEADILAN UNTUK MISTIANAH DI LAMPUNG

KISAH BOCAH MISTIANAH

Aku terbujur kaku dan beku
Kini nisan petunjuk dimana aku
Walau kini lidahku kelu kaku
Kalian jangan diam membisu…

Apa karena aku gadis bocah desa
Para binatang boleh memperkosa
Mereka menyakiti dan menyiksa
Ku pergi meninggalkan selaksa asa…

Aku tak dapat berkata kata
Tapi pedih cucuran air mata
Luka dan sakit adalah derita
Tak cukupkah ini sebagai cerita…

Darahku yang tertumpah
Lukaku yang memerah
Adalah kisah duka Mistianah
Bukan amarah tapi mencegah…

Yuyun bukanlah yang pertama
Haruskah ada aku berikutnya
Jangan kalian biarkan dosa
Jangan lagi perempuan diperkosa…

Mistianah hadir mengusik
Dalam mimpi dia berbisik
Kafani dengan kain kejujuran
Nisankan dengan batu keadilan…

Aku hanya bisa menangis
Aku hanya bisa menulis
Dengan hati berdebar
Dengan jemari bergetar…

Mistianah, aku mendengarkan
Kini telah aku sampaikan
Berdoa mohonlah pada Tuhan
Kelak di surga kita berpegangan…

VONIS MATI “ANAK DIBAWAH UMUR”

Paradigma hukuman kepada anak-anak dibawah umur, sangat harus direvisi, karena sudah ketinggalan zaman. Sudah tidak pada tempatnya lagi, melindungi dan membela kejahatan yang dilakukan orang dibawah umur, dengan vonis ‘mendidik’ yang ringan. Padahal kejahatannya biadab dan sadis.

Remaja ABG yang mau dan sanggup memperkosa juga membunuh, tidak bisa dikatagorikan anak dibawah umur. Anak dibawah umur hanya untuk anak usia TK, yang tidak mungkin memperkosa dan membunuh.

Remaja yang sudah biasa mabuk lalu memperkosa membunuh, sudah faham seksual, sudah bukan lagi dibawah umur, walau usianya belum 18 tahun. Jadi perlakuan hukumnya ya harus seperti orang dewasa, layak dihukum mati juga.

Abaikanlah soal HAM dengan dalih masih dibawah umur. HAM ditujukan untuk manusia yang juga menghargai HAM. Indonesia tidak membutuhkan remaja pemabuk pemerkosa atau pembunuh.

Indonesia tidak akan pailit, jika menghukum mati para remaja pelaku kejahatan yang biadab. Masih banyak jutaan remaja yang benar dan sehat adabnya, untuk masa depan bangsa.

Dalil hukum yang menghukum anak dibawah umur, dengan vonis ‘mendidik’ dan ringan, padahal kejahatannya berat dan biadab, hanya akan jadi preseden dan memicu anak dibawah umur lainnya, untuk tidak takut berbuat kriminal, seperti merasa dilindungi karena hukumannya akan ringan dan ‘mendidik’.

Kasus tewasnya pelajar Yuyun di Bengkulu, harus menyadarkan kita, untuk merevisi dalil hukum bagi pelaku kriminal dibawah umur, yang melakukan kriminal sadis biadab, harus juga bisa dituntut hukuman maksimal, vonis mati.

SURAT DARI YUYUN DI SURGA

Sedikit saja dunia mengenal aku, saat aku hidup.
Kini, dunia mengenal aku sesaat setelah aku pergi.
Kepergianku sungguh menyakitkan jiwaku.
Dunia menangis dan meneteskan air mata untukku.
Aku merasakan basah oleh tetesan air mata dunia.

Aku ikhlas atas sakit jiwaku, aku ikhlas atas kepergianku.
Tapi aku ingin, kalian dan negara, tidak lemah dan kalah oleh aturan hukum yang kalian buat.
Mengapa dunia ‘membiarkan’ orang dalam kebiadaban, ‘tidak menghukum’ pelaku hanya karena dibawah umur?

Sungguh aku akan mengadu di pengadilan Allah.
Mengapa dunia masih berbelas kasih kepada pelaku kebiadaban, hanya karena masih dibawah umur?
Mungkinkah manusia dibawah umur bisa memperkosa?  Dapat membunuh?
Haruskah akan menyusul aku aku lagi di dunia?

Aku memang ditakdirkan oleh Allah, pergi dalam sakit perih dan pedih.
Agar kalian diingatkan untuk menjaga melindungi dan memeluk anak anak kalian.
Pula, agar kalian tidak lagi dikalahkan oleh hukum dan keadilan yang kalian buat.

Terima kasih untuk empati yang diberi.
Terima kasih untuk segala tetesan air mata.
Terimakasih untuk berjuta kata dalam do’a.
Aku memang pergi dalam derita dan sakit, tapi itu hanya sekejap dalam waktu.

Kini aku tersenyum, aku hidup dalam keindahan, dalam bahagia tak pernah terkira.
Dikeabadian dalam kedamaian.
Tak lagi kurasa derita, tak ada lagi rasa sakit, tak ada lagi ketakutan.
Allah memanggilku agar aku segera berumah dalam surgaNYA. #NyalaUntukYuyun

FENOMENA KOMBESPOL KRISHNA MUKTI

Tidak berlebihan jika popularitas Kombespol Krishna Mukti, kini berjalan didepan institusi dia mengabdi. KM dengan performanya yang cakap dan enerjik serta kinerjanya, telah mencuri perhatian bagi banyak publik.

Tidak mudah menjadi publik figur dalam posisi sebagai pejabat, bisa dicitrakan positif dan menjadi magnet. Perlu banyak hal untuk ada diposisi seperti itu. SBY dan Jokowi, diantara sedikit figur yang bisa kearah dan ada diposisi seperti itu.

KM kini muncul dan mengarah ke posisi tersebut. Sebelum kemunculan KM, Polri atau Polda terdengar di media dengan Humasnya. Masih ingat dengan kefamiliaran nama Boy Rafly Amar dan Rikwanto di media, dalam memaparkan kasus kasus yang tengah ditangani kepolisian.

Kini, bukan sebagai humas, tapi KM telah muncul sebagai selebriti polisi yang sangat akseptabel bagi publik juga media. Performa, kinerja, komunikasi dan rekam jejak prestasinya di kepolisian berkolaborasi, membuat KM menjadi figur polisi yang familiar dan populer.

Pemilik akun facebook dengan ratusan ribu follower, dan akan terus bertambah ini, bisa mengubah paradigma publik terhadap citra kepolisian, lebih open transparan dan familiar. Anggota bhayangkara negara yang pakar reserse, dan kini sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jaya, memang begitu populer dan familiar bagi publik dan media.

Beberapa kasus kriminal yang sangat populer beberapa tahun kebelakang dan terkini, telah diungkap dan tengah ditangani, oleh perwira menengah lulusan terbaik PTIK diangkatannya ini.

Publik tentu memiliki ekspektasi besar kepada institusi kepolisian, dalam upaya melindungi dan mengayomi masyarakat, untuk menciptakan rasa aman dalam berkehidupan. Dan ekspektasi itu, diantaranya ada di bahu Kombes Krishna Mukti, yang kini trending dengan uniform kaos TBCnya.